Halo halo.
Apa kabar?
Sehat kan?Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
###
'Perasaan menusuk apa ini?' Vyan menutup matanya, berusaha mengabaikan tatapan berpasang-pasang mata yang terus terarah ke arah dirinya.
Vyan menghela napas panjang dalam diam. "Ini sudah malam, kenapa kalian tidak tidur?" ucap Vyan dengan kelopak mata yang masih senantiasa tertutup.
"Vyan lelah? Tidurlah terlebih dahulu. Mama akan menyusul nanti." Violet mengelus puncak kepala bungsunya, gerakannya sangat halus, menghindari luka si bungsu supaya tidak disentuhnya.
"Ma, ini sudah malam." Vyan akhirnya membuka matanya, mengedarkan tatapan ke sekeliling. Semua keluarganya berada dalam satu ruangan. Tidak ada yang berniat beranjak pulang ataupun beristirahat kendati hari sudah menjelang larut malam. Mereka semua seperti tidak merasa lelah tapi tampilan kuyu mereka sebenarnya mengkhianati.
'Lihat mata kalian. Sudah menyaingi panda saja!'
Arley yang sedang meminum air seketika tersedak. Sedangkan yang lain terus melanjutkan 'mode tuli'.
"Apakah Mama dan yang lainnya tidak merasa lelah?"
"Papa tidak lelah. Jadi, tidak perlu memikirkan kami." Zelig menjawab dengan cepat.
"Papa mungkin tidak, tapi Vyan lelah." Vyan menatap langit-langit putih yang ada di atasnya.
"Kalau begitu, tidurlah."
"Bagaimana Vyan bisa tertidur jika tatapan kalian begitu menusuk."
Xulio berdehem pelan.
Calix berpura-pura memainkan permainan di ponselnya, padahal layarnya menunjukkan warna hitam.
Arley mengambil tablet di atas meja, tidak menyadari jika posisinya kini terbalik.
Si kembar bersikap tidak mendengar apapun. Keduanya dengan tenang menyelipkan selimut sang adik, mengindari menyentuh luka.
Zelig mempertahan senyum kakunya.
Gerakan tangan Violet berhenti sesaat.
"Jika tidak mengantuk, mari kita menghitung bintang bersama hingga pagi."
"Tidak bisa. Vyan masih memerlukan istirahat yang banyak," potong Xulio dengan cepat.
"Oh."
Keadaan menjadi hening beberapa saat.
"Apakah di antara kalian tidak ada yang ingin menutup mata?"
"..."
"Ssshhh," desisan keluar dari mulut Vyan.
"Oh, Vyan kenapa?"
"Panggil dokter!"
"Lukanya terbuka?"
"Jangan bergerak. Biarkan Daddy melihatnya."
"Sebelah mana yang sakit?"
'Sikap kalian seolah-olah aku sedang sekarat.'
Calix menutup mulut Vyan secara refleks.
Vyan memandang bingung Calix yang tiba-tiba saja menutup mulutnya.
"Ma-maaf. Apakah Calix menyentuh luka Vyan?" Calix buru-buru melepaskan tangannya. Takut dirinya telah menyentuh luka yang ada di pipi Vyan.
Vyan menggelengkan kepalanya.
"Kepala Vyan terasa pusing, Vyan juga merasa lelah," bisik Vyan.
"Panggil dokter sekarang!"
"Tidak," cegah Vyan dengan cepat. Suaranya masih lirih tapi masih bisa didengar dengan jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly!: Another NPC
Teen FictionBiasakan vote sebelum baca, yuk. Saling support. Bukan saling menyakiti. Komen tidak sopan, maaf langsung blok! ⏳⏳⏳⏳⏳ Vyan terbangun dengan dikelilingi orang-orang asing di sekitarnya. TING! Sistem: "Sistem berhasil diikat! Halo, Tuan Rumah!" Vyan:...