Tandai kalau ada typo!
•
Selamat membaca ~
•
•
•
~
Hati Givana terasa mencelos. Dengan entengnya Dariel memposting sebuah foto Belara di akun media sosial milik lelaki itu.
Disana terlihat Belara yang tengah bermain gitar, dan Dariel memotretnya. Berisian caption 'cantik'.
Apakah semua lelaki memang sampah seperti ini?
Bohong saja bila Givana tidak merasa sakit hati. Givana merasa sesak luar biasa. Tapi kemarahan lebih mendominasi.
Mengakhiri hubungan? Ya, sepertinya itu yang akan Givana lakukan. Hanya saja tidak sekarang.
Baru saja kemarin Dariel meyakinkannya jika lelaki itu dan Belara hanyalah sebatas sahabat.
Terserah jika Givana dikatakan lebay atau semacamnya, tapi ini benar-benar menyesakkan.
Givana memutar-mutar pensilnya merasa bosan. Dalam tatapannya terdapat kebencian dan kekecewaan yang amat tertara.
"Jadi Lo mau gimana?" Tanya Haira.
Malam ini Givana bermain di rumah Velisya. Bersama semua sahabat-sahabatnya. Haira, Velisya, dan Raisha.
Givana melirik Haira tanpa minat. "Udahan, apalagi?"
Velisya menatap kecewa. "Yahh... Udahan?"
"Lo serius?" Tanya Raisha.
"Hm, ngapain pertahanin cowok yang gak bisa jaga kepercayaan kayak gitu?"
Haira mengangguk kecil. "Gue dukung semua keputusan Lo. Gue juga gak nyangka Dariel bisa kayak gini"
Givana melirik jam pada ponselnya. Jam menunjukkan pukul delapan malam, Ia harus segera pulang.
"Gue balik" pamit Givana seraya beranjak.
"Sekarang banget?" Tanya Raisha.
Givana mengangguk. "Takut kemaleman"
"Gue gak bawa mobil, jadi gak-
"Gak papa" potong Givana pada Raisha. Ia mengerti.
"Lo jalan?" Tanya Haira dengan menunjukkan raut khawatir.
"Iya" jawab Givana seraya memakai jaketnya.
•
Jalanan begitu sepi. Givana pun merasa aneh, padahal jam sekarang terbilang masih sore.
Takut? Tentu saja, Givana merasa takut. Hanya saja ia harus tetap terus berjalan untuk sampai tujuan.
Krek.
Ranting, itu suara ranting. Terserah, Givana tak ingin mendengarnya dan berpikir negatif.
Givana semakin merinding kala merasakan seperti ada yang mengikutinya. Astaga, sok berani sekali ia memilih pulang sendiri dan jalan kaki.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...