45 - Haram cemburu

17.9K 1K 95
                                        

Cis

Selamat membaca ~

~

"Buat apa makasih? Lo juga sama, Lo bunuh gue di kehidupan pertama"

Haga terdiam mendengarnya. Memang benar, ia melakukannya. Tentu saja dengan alasan.

"Kalian sama" lanjut Givana.

"Gue bilang tadi" jawab Haga.

"Berarti kalian sama-sama jahat"

"Iya"

"Sama-sama bisa nyakitin gue"

"Iya"

"Sama-sama suka nambah beban pikiran gue"

"Iya"

"Sama-sama gila"

"Iya"

"Sama-sama gak punya hati"

"Iya"

Givana terdiam sejenak, masih dengan menatap Aidan. "Kalau gitu, gunanya Lo disini apa?"

"Bantu Lo" jawab Aidan.

Givana terkekeh ringan. "Bantu apa? Bantu gue cepet mati?"

"Gue lakuin itu ada sebab" balas Aidan cepat.

"Karena Lo dibutain Ranianjing"

"Bukan"

"Terus? Apa? Di suruh Kakek? Setelah Lo kesetanan gara-gara ngira gue dorong Rania?" Ujar Givana diakhiri dengan senyuman sinis.

"Lo gak dorong dia"

"Oh?"

"Gue tau Alena. Rania jatuhin dirinya sendiri, Lo gak salah, gue tau" ucap Aidan.

"Gue tau selama ini Rania cuma drama, gue tau selama ini Lo di fitnah, gue tau semuanya" lanjutnya.

Givana terdiam. Mendengarkan apa yang terus Haga katakan.

"Kalau tau, kenapa?"

"Ini aturannya" jawab Aidan serius.

Givana menatap Aidan dalam. "Aturan apa?" Tanyanya rendah.

"Dunia kemarin itu permainan. Ini dunia kita. Kita kejebak disana"

Givana terkekeh miris. "Selama itu? Sampai nyiptain banyak luka buat gue? Gimana caranya gue percaya?"

"Lo harus percaya"

"Kenapa harus nyiksa gue setiap harinya?"

"Itu bagian dari peraturannya, Alena. Gue gak dengan sengaja nyakitin Lo, gue punya alasan"

Transmigrasi Ephemeral MaidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang