Part 39. Petualangan Dalam Persami

30.9K 170 43
                                        

"Aaahhh...Tristannn...!!!" Gigi-gigi Inaya saling beradu menimbulkan bunyi mengerat begitu nyaring. Matanya terpejam keras, tubuhnya menegang kuat.

Tumitnya sampai berjinjit merasakan otot vaginanya meregang jauh lebih besar dari apa yang seharusnya. Gila! Inaya tidak bisa menggambarkan rasanya. Yang jelas sakit, perih, dan panas memenuhi selangkangannya.

Tristan? Dia malah merasakan kenikmatan yang amat luar biasa. Kejantanannya diremas sangat kuat oleh otot kewanitaan Inaya. Ini seperti ukuran XXL yang memakai ukuran M, sesak sekali.

Hingga kejantanannya tenggelam setengah, ia merasakan menyentuh lubang kedua di dalamnya. Tristan tahu, tapi dia memilih diam.

Wanita di depannya itu bukan Dinda, atau wanita-wanita lain yang sering bersenggama dengannya. Masuk ke lubang keduanya justru malah akan membuat Inaya menderita. Jadi untuk saat sekarang, seperti ini saja sudah cukup. Saat lubang ibu gurunya itu sudah terbiasa, baru dia akan memikirkan soal itu.

"Bu..." panggil Tristan pelan, setengah berbisik. Inaya diam saja hanya terdengar mendesis. "Bu guru?" panggilnya lagi.

"Hiksss...sakittt..." ucap Inaya sambil menoleh ke belakang. Nadanya seperti bukan orang kesakitan namun lebih ke manja.

Matanya berair, itu bisa dilihat oleh Tristan. Tapi, ada senyuman di sana. Entah karena puas atau karena lega, atau juga karena bangga bisa menerima penis jumbo itu.

"Halah, sakit. Bilang aja enak!" ejek Tristan sembari meremas payudara Inaya dari belakang.

"Dasar! Beneran sakit tau, Tan!" ujarnya seraya menampar bokong Tristan. Inaya masih meringis menggigit bibir bawahnya dengan tangan kanannya memegangi pinggangnya sendiri.

"Jangan digerakin dulu, ih!" Lagi-lagi Inaya mengomel ketika Tristan menarik pentungan itu dari lubangnya sehingga badannya ikut terbawa ke belakang.

"Lama ibu, ah!" ujar Tristan lagi. Karena tak diperbolehkan bergerak, Tristan hanya bisa memainkan dada Inaya yang cukup besar itu.

Untung saja Inaya tidak melarangnya. Wanita itu membungkuk, melihat ke arah sepasang kelamin mereka yang masih bersatu.

Inaya heran, rasanya sudah mentok sekali tapi kejantanan Tristan masih beberapa sentimeter berada di luar tubuhnya.

"Tristan, punyamu panjangnya berapa, sih?" tanya Inaya penasaran. "Gak tau. Gak pernah ngukur," jawab Tristan santai, terkesan tak tertarik menjawab pertanyaan Inaya.

Tristan sudah tak sabar untuk menggerakkan pinggulnya, namun Inaya terus saja melarang.

"Ya udah, coba pelan-pelan, ya! Awas kalo kasar!" ujar Inaya memperingati Tristan.

Anak itu tampak girang. Ia tersenyum lebar. "Sip! Ibu tenang aja. Aku bakalan pelan-pelan, kok." Setelah itu Tristan mencoba menarik kejantanannya lagi.

Hal itu membuat bibir kewanitaan Inaya ikut tertarik ke luar. "Aw...aw...aw...!!!" Inaya memukul pinggang Tristan lagi.

"Ishhh!!! Dibilang pelan-pelan, Tristan!"

"Ini juga udah pelan ibu guru yang cantik! Lebaynya ngalahin sinetron Indosiar, deh!" Kesal juga Tristan lama-lama dengan Inaya.

Inaya terkekeh, lalu kembali penabok pinggang Tristan. "Namanya juga baru pertama kali dimasukin pentungan satpam!"

"Enak aja benda pusaka dibilang pentungan satpam." Pria itu membalikkan tubuh mereka hingga kini Tristan duduk di kloset sedangkan Inaya di pangkuannya.

"Udah, ibu aja deh yang goyang! Disalahin mulu dari tadi." Tristan pura-pura merajuk.

Dengan posisi memunggungi Tristan, Inaya melingkarkan tangan kirinya di leher muridnya itu, lalu tersenyum. "Kiss dulu, dong! Baru ibu goyang," ucap Inaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Lendir Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang