Ga jadi malem, takutnya keasyikan lupa hehe 🔥🔥🔥
Arto Dan Endah begitu disambut kepulangannya. Ardan dan Myca juga sudah berdiri di depan warga, menyambut keduanya lebih utama..
Myca terlihat canggung, ini pertama kalinya bertemu mertua. Mereka ramah seperti Ardan, bahkan memeluknya.
"Sini, ini Myca yang waktu itu kecilkan, bunda pangling.." Endah belai kepala dan memeluknya lagi.
Myca menghangat, dia disambut baik. Endah sangat awet muda, cantik dan begitu mewah elegan.
"Wah, ayah ketemu kamu waktu masih ngerengek karena diganggu Ardan, sekarang kayaknya kamu yang ganggu Ardan ya, bagus ganggu aja biar ayah cepet gendong cucu.." candanya jenaka namun tetap berwibawa.
Myca bersemu, wajahnya sampai memerah. Memeluk sekilas ayah mertuanya. Sungguh canggung.
Ardan pun mendekat, memeluk keduanya lebih lama. Sengaja dia biarkan Myca dulu, agar keduanya bisa dia peluk lebih lama.
"Kangen banget, terakhir ketemu waktu nikahin Myca." Ardan begitu erat memeluk keduanya.
"Iya, anak ayah udah besar, ada istri pula."
Ardan tertawa pelan, hanya setahun masa dia berubah cepat. Dasar ayahnya itu.
"Gimana keadaan kamu? Semua aman?" Endah mengurai pelukan, ingin membingkai wajah anaknya yang dia rindukan.
"Aman, bunda. Cuma ada masalah di sawah, wajarkan ya.." Ardan tersenyum menenangkan keduanya.
Myca menatap setiap kehangatannya, dia jadi malu karena sempat berulah di sini sampai Ardan mengabaikan sawahnya dan fokus padanya.
"Biarin ayah, bunda sama tetangga dulu, kita duluan ke rumah." ajak Ardan sambil merangkul Myca yang lucu, diam seperti anak hilang.
Canggungnya terlihat.
"Mereka baiknya kayak kamu,"
"Oh ya? Jadi aku baik?"
Myca mengangguk. "Banget." lalu tersenyum.
Um, manisnya di mata Ardan. Ingin dia unyel jika sedang memuji dengan senyum tipisnya yang menggemaskan.
"Kamu juga baik,"
"Bohong banget!" ketusnya. "Aku— mpht!" kaget Myca saat bibirnya dicapit Ardan. Sontak dia ngamuk pelan dan cemberut.
"Maaf, gemes abisnya." Ardan terkekeh pelan, bebek galak dengan bibir manyunnya kembali.
***
"Maaf, bunda. Aku ga terlalu bisa banyak bantu," suara Myca begitu pelan.
Ardan tahu, kesayangannya itu masih malu.
"Eh, ga papa. Bunda ngerti, bunda tahu. Tuhan ciptain Ardan bisa semuanya, kamu nikmatin aja, bunda ga masalah.." Endah tengah membuat makan malam setelah sekian lama.
"Iya, ga usah khawatir. Kita bukan mertua galak, kamu itu anaknya ayah sama bunda juga, jangan sungkan.."
Ardan tersenyum, mengusap jemari dingin Myca. "Tuh dengerin, kamu itu ratunya Ardan, ga usah jago masak, cuci. Jadi terima aja aku ratuin ya," godanya.
Myca bersemu, mendelik sebal karena Ardan jadi buaya tidak tahu waktu.
Endah tertawa pelan agak geli, anaknya itu kelihatan cintanya. Arto menggeleng dengan tersenyum tak habis pikir anaknya bisa begitu. Sungguh kekuatan cinta.
"Bunda juga diratuin ayah, dia jago semuanya. Nanti juga ada waktunya kok kamu jago kayak bunda.." Endah tersenyum menenangkan menantunya.
"Iya, bunda, ayah." Myca terlihat sekali malunya.
