Selepas kejadian di lapangan golf tadi, wajah Reiner masih saja mengeras, rahang tegasnya kaku dan matanya nampak kesal, Zetta tidak berani menganggu cowok itu, namun Reiner memilih bersandar di bahunya dan menghela nafas panjang, dia berkata pelan, "maaf ya Zee"
"Gue gak papa" Zetta menjawab cepat, "tapi yang di bilang Selin emang benar"
"Gak benar!" Balas Reiner kesal, "anak itu memang sering cemburu sama pacar-pacar sepupunya"
"Maksud gue pas dia bilang kalau babat, bibit dan bobot itu penting buat nentuin pasangan, itu benar tahu, masa lo mau nikah sama orang sembarangan?"
"Emang lo orang sembarangan, Zee?"
Tarik nafas, hembuskan...
Tarin nafas, hembuskan...Sebenarnya di mana sih cowok-cowok ganteng macam Arjuna dan Reiner belajar gombalan spontan seperti itu?
"Kita mau keman?" Zetta mengalihkan pembicaraan, dia menatap sopir di depan yang kaku bak patung hidup.
Reiner masih merebahkan kepalanya di bahu Zetta, tangannya memainkan rambut gadis itu dengan jari, "apartemen Lio, mau jengukin cowok pintar lagi galau"
"Emang Lioner itu siapa sih?" Zetta penasaran sekali dengan sosoknya yang sering di sebut beberapa kali.
Mata Reiner memicing, "puter balik pak, gak usah ke apart Lio, kita cari tempat lain aja"
"Bisa gak jangan kekanakan?"
"Gue kekanakan darimananya?" Reiner mendelik, dia mengangkat dagunya dengan ekspresi sombong tidak terkira, "mau apa lo?"
"Dih, nyebelin" Zetta memilih menatap pemandangan di luar sana, ini sudah malam hari, sekitar pukul 8 malam, memang jauh sekali perjalanan menuju keluar hutan.
Reiner tertawa kecil, dia kembali menarik Zetta agar duduk berdekatan dengan dirinya, dan kepalanya kembali rebah di bahu Zetta, "pusing, ternyata pusing ngadepin cewek"
"Makanya gak usah punya cewek"
"Tapi seru kok, apalagi ceweknya lo"
Pipi Zetta memerah, dia sekali lagi memalingkan wajah ke arah luar, ini kenapa sih cowok-cowok disini jago banget gombalnya? Mata Zetta melirik ke arah Reiner yang memejamkan mata dengan tampan, bahkan saat tidur pun dia terlihat menawan.
Apalagi pada rambutnya yang jatuh di sekitar keningnya, bulu mata bawahnya yang lentik, bibirnya yang berwarna merah muda dan..astaga rahang tegasnya benar-benar impian.
"Iya Zee, kalau mau cium, cium aja" Reiner berkata sambil memejamkan mata, lalu dengan ekspresi penuh kejahilan, dia membuka sebelah matanya sambil tersenyum manis, "ganteng ya Zee?"
Wajah Zetta merona, dan dia berkata "Jelek!"
"Ganteng banget?"
"Jelek banget!"
"Yaa" Reiner tertawa kecil yang membuatnya tampak manis, "ekspresi lo udah mengatakan semuanya"
Dengan kesal, Zetta memukuli bahu Reiner yang sontak tertawa karena sikapnya, "ampun, Zee"
"Jangan sok ganteng!" Walaupun dia memang ganteng, memangnya boleh sepercaya diri itu? Memangnya dia Zayn Malik? Kim taehyung? Shawn Mendes? Atau siapa hah? Dia itu Reiner Mahendra, di dalam tubuhnya mengalir darah cowok brengsek murni.
Selama di dalam mobil, Zetta harus menguatkan diri dari ucapan-ucapan buaya penuh kata-kata manis, dia harus mengingat bahwa ini adalah alur novel dan sosok mereka tidak asli, atau memang asli? Entahlah Zetta tidak bisa memprediksi, tapi semakin lama di dalam dunia ini, Zetta merasa kalau ini memang benar-benar kehidupan.
Reiner mengunjungi apartemen Lioner yang merupakan milik pribadi, sedangkan Zetta mengekor di belakangnya dengan pasrah, tadinya sudah ingin kabur waktu keluar dari mobil, tapi dengan entengnya si buaya ini memegang kerah baju belakang Zetta dan menariknya bak anak kucing liar, di seret mengikutinya masuk ke dalam apartemen sepupunya.
Saat memencet bel apartemen selama beberapa menit, Lioner tidak kunjung membuka pintu, sehingga akhirnya Reiner memutuskan meminta kunci tambahan untuk apartemen Lioner dari staff di bawah sana, dan entah bagaimana cowok itu di beri kunci cadangan.
Saat mereka memasuki apartemen Lioner, bau obat tercium dengan samar, Reiner langsung menyuruh Zetta menutup hidung, dia sudah curiga sejak awal sehingga saat memasuki kamar Lioner, Reiner bisa menemukan sepupunya terbaring di sana.
Ini gawat, dengan di bantu Zetta, mereka membopong tubuh Lioner keluar dari apartemen dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat.
"Gila, sepupu lo lagi mau coba bunuh diri apa gimana?!" Zetta berseru penasaran saat dokter tengah memeriksa kondisi Lioner, "dia galau sampai mau bundir?"
"Gak mungkin" Reiner tahu sendiri bagaimana sepupunya, dia ikut terkejut melihat kondisi Lioner, "nanti gue coba cek cctv, takutnya ada yang mau bunuh dia atau gimana" lalu dia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 10 malam, "Zee, gue anterin lo pulang, ini udah malam banget"
Zetta sempatkan lirik ke dalam, Lioner dan Reiner ini sedikit mirip, namun wajah Lioner sedikit lebih seram, apalagi pada banyaknya tato yang ada di tubuhnya, masa iya cowok ini peringkat paralel? Kenapa terlihat seperti cowok tidak benar?
"Zee, jangan lirik cowok lain"
Mungkin Lioner lebih beradab di banding Reiner, ya mungkin itu perbedaan mereka.
"Gue pulang sendiri aja, lo mending jagain sepupu lo" sahut Zetta sambil berdiri meraih tasnya, namun Reiner menggeleng keras.
"Gue anter balik, Zee" titahnya dengan nada tegas, "gue yang bawa lo pergi seharian, jadi gue juga yang harus anter pulang"
"Terus sepupu lo?" Tanya Zetta,
"Dia sendirian gak papa, udah biasa hidupnya" Reiner berkata demikian sambil menikmati ekspresi Zetta yang langsung menatapnya sinis, lalu dia meralat, "gue udah telfon Rhaka buat kesini"
Jadi sehabis Rhaka datang dan menunggui Lioner, baik Zetta dan Reiner berpamitan pergi, Reiner kembali memasuki mobil, mengantar Zetta pulang ke rumahnya sambil sesekali masih berusaha bersandar di bahunya.
Risih sih, tapi Reiner ini harum sekali, parfumnya benar-benar membuat nyaman, tidak berlebihan menusuk hidung dan sangat wangi sekali, menenangkan, pasti nyaman sekali terbangun di pagi hari dengan wangi Reiner memenuhi indra penciumannya, dan tubuhnya yang kekar akan memeluk tubuh mungil Zetta, ah khayalan apa sih itu?
Lamunan Zetta buyar saat mereka sampai di depan rumah, seharusnya dia bisa beristirahat setelah ini namun kehadiran Zeus di depan rumahnya membuat Zetta tidak yakin bisa merebahkan diri di kasurnya.
Sorot mata Zeus menatap mobil hitam Reiner dengan tajam, tubuhnya bersandar di bahu mobil sambil merokok.
Saat Zetta keluar dari mobil Reiner, Zeus langsung melayangkan tatapan aneh yang tidak bisa Zetta pahami, lalu Reiner ikut keluar, menggandeng tangan Zetta sambil menyeringai pada Zeus, mereka berdiri saling berhadapan.
"Malam Zeus, ngapain lo ada disini?" Reiner menyapa, "oh lupa, lo kan memang sering ada disini, soalnya selain jadi pelajar..." Reiner memelankan suaranya, berbisik di telinga Zeus, "lo kan juga stalker"
_____________________________Ada yang kenal Lioner? Ada yang tahu kenapa doi pingsan begituu? Hahaha
Hayolohh, tebak part depan ada siapa???
Mau ketemu sama siapa nih?
Ada yang kangen anak macan atau masih mau part buaya darat?
Atau mau part sama Stalker?
Atau sama Gio gak sih hahaha,
Mau baca duluan? Silahkan ke karyakarsa yaa, sudah ada beberapa part di sana.
Spam next disiniiiiiiii 🔥🔥🔥

KAMU SEDANG MEMBACA
Boys With Luv
FantasyZetta Maharani hanya seorang gadis yang ingin memperjuangkan masa depannya. Dia bahkan rela meninggalkan kampung halamannya untuk menggapai mimpi serta cita-citanya. Tapi bagaimana kalau dia tiba-tiba saja memasuki sebuah novel dark romance yang set...