prolog

32 7 7
                                        


Mentari sore itu berwarna jingga keemasan, melukis langit Jakarta dengan gradasi warna yang indah. Di balik jendela kamarku, kesibukan jalanan mulai mereda, di gantikan suara adzan yang sayup-sayup mulai terdengar. Seperti biasa, bayanganku setia menemani di dinding, memanjang, dan memendek, mengikuti pergerakan tubuhku. 

Aku, Senja Kalani, hanyalah seorang siswi kelas 11 yang merasa bahwa dunianya biasa saja. Tidak terlalu pintar, tidak terlalu populer, dan hobinya hanya mengagumi punggung tegap si Arjuna, kapten basket yang selalu berhasil membuat jantungku berdebar-debar. Satu-satunya keunikan (atau mungkin juga keanehan) dalam hidupku adalah kebiasaanku berbicara dengan bayanganku. Yaa walaupun hanya sekedar curhat atau sekedar mengomentari hal-hal random, kalian pasti juga pernah gitu kan? dan tentu saja bayanganku tidak akan menjawab, hingga sore itu, sesuatu yang aneh terjadi.

Saat sedang asyik menggerutu tentang soal latihan matematika yang sukses membuat kepalaku terasa berasap, sebuah suara—lebih tepatnya, suara bayanganku—terdengar jelas di telingaku.

"Kamu salah lagi, Senja..... Nggak gitu caranya."

Aku membeku. Seluruh bulu kudukku meremang. Jangan-jangan aku sudah gila. Atau mungkin aku sedang ketiduran sambil mengerjakan soal? Aku menoleh ke dinding, menatap bayanganku yang kini tampak..... berbeda. Lebih tegas, seolah-olah ia memiliki dimensi yang berbeda.

"Kau..... kau bicara?" tanyaku—dengan tampang bodoh tentunya.

"Ya, memang-nya kenapa? Baru sadar?" jawab suara itu, terdengar sedikit menyebalkan dan penuh nada mengejek.

Sejak saat itu, hidupku yang tadinya biasa saja dan monoton, berubah menjadi luar biasa..... aneh. Bayanganku, yang ternyata bernama Raga, kini menjadi teman bicara (yang seringkali menyebalkan), komentator kehidupan yang aku jalani (yang selalu jujur tanpa filter), dan entah bagaimana, ia mulai mengubah pandanganku terhadap diriku sendiri serta dunia di sekitarku. Terutama tentang Arjuna. Dan lebih membingungkan lagi, terkadang aku merasa bahwa ada kehangatan yang terasa aneh setiap kali Raga memberikan "sarannya"

Bisakah sebuah bayangan..... menjadi secret admirerku? Atau mungkin..... tidak? Ini benar-benar di luar nalar. Namun, inilah kenyataanku sekarang : aku dan bayanganku yang bisa berkomunikasi. Dan petualangan aneh itu baru saja dimulai.

My Shadow, My Secret Admirer? (Maybe Not)Where stories live. Discover now