Hidup tanpa kekhawatiran adalah impian semua orang, tak terkecuali Lu Shun Yuan. Meskipun telah dicelakai sedemikian rupa, bisa bertahan hidup sampai sekarang pun sudah merupakan sebuah berkat.
Mungkin, takdir sedang mengasihaninya. Pada saat gentin...
Kemudian, menyadari ada sejumlah balok yang---mungkin---tak sengaja tertendang ke kolong meja, Tang Yue Xing sontak membungkuk untuk mengambilnya. Setelah terkumpul, ia hendak merapikan mainan tersebut seperti semula, jika saja Dai Qi tak mendadak bertepuk tangan dan tertawa senang. Lagi, balita itu berucap. "Main."
Mendapati gelas kosong yang disodor-sodorkan, Tang Yue Xing dibuat takjub. "Wah, airnya sudah habis." Gadis itu terpaksa menerjemahkan sendiri maksud dari perkataan si balita. "Dai Qi mau minum lagi?"
Tak ada jawaban, Tang Yue Xing hendak meminta gelas plastik yang saat ini dipegang Dai Qi untuk kembali diisikan air. Namun, gadis itu langsung membatalkan niat ketika Dai Qi memegang erat benda itu, seolah-olah tidak mengizinkannya merebut. Alhasil, yang bisa dilakukan hanyalah mengambil gelas plastik baru.
Sayang sekali, Tang Yue Xing tidak menyadari bahwa Dai Qi bukannya minum, tetapi malah membuang air ke lantai. Karena terhalang kursi, ia jadi meloloskan genangan dari pandangan, hingga sebuah teriakan sukses mengalihkan atensinya.
"Dai Qi!"
Seorang wanita yang mengenakan sweter merah dengan sigap menggendong Dai Qi, berusaha menjauhkannya dari tumpahan air. Ia spontan memeluk sang anak seraya melontarkan kata-kata penenang. "Tidak apa-apa, Dai Qi. Mama sudah ada di sini."
Detik berikutnya, wanita itu langsung menyalangkan matanya pada si pengasuh anak. "Dasar perempuan gila! Kamu mau melukai anakku, ya? Baru kutinggal sebentar saja sudah berbuat ulah! Bayangkan, kalau aku sampai terlambat sedikit saja, DAI QI BISA CELAKA!"
Masih berusaha mencerna kejadian, Tang Yue Xing lekas menggeleng, buru-buru memberi penjelasan. "Maafkan aku, Nyonya. Aku tidak tau kalau Dai Qi menumpahkan air di sana. Tadi Dai Qi ingin---"
"Tidak tau?" Wanita itu berucap meremehkan. "Kamu buta, ya? Saya, kan, sudah bilang Dai Qi itu harus selalu diawasi! Kamu sampai tidak tau berarti kamu teledor! Dasar tidak becus!" Ia beralih menunjuk ke arah pintu. "Sekarang juga kamu keluar dari rumah saya."
Melihat Tang Yue Xing yang tak kunjung beranjak, wanita itu menempatkan Dai Qi di kursi untuk sementara, kemudian beralih menggeret sang gadis, mendorongnya hingga terjatuh. "KELUAR! JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI!"
Brak! Tang Yue Xing hanya sanggup memejamkan mata begitu mendengar suara pintu yang ditutup dengan keras. Gadis itu mematung, membiarkan dedaunan yang gugur mendarat di kepala, sekaligus merenungkan kejadian tadi. Namun, setelah bertahan cukup lama, pada akhirnya isakan itu tetap lolos juga.
"Tidak apa-apa, Xiao Tang." Tang Yue Xing meratap. "Kamu hanya belum cukup beruntung. Kamu hanya belum menemukan pekerjaan yang---"
Tak ingin lagi menipu diri, Tang Yue Xing lekas menghentikan kalimatnya, kemudian menggantinya dengan yang lebih sesuai fakta. "Kamu tidak pernah bisa melakukan satu hal pun dengan benar." Sekeras apa pun menampik, ia sadar bahwa masalahnya bukan ada pada pekerjaan, melainkan pada dirinya sendiri. "Kamu banyak membuang waktu orang lain, menyebabkan pelanggan kabur, bahkan hampir mencelakai anak kecil."
Seminggu setelah dipecat jadi pengasuh anak, Tang Yue Xing tak lagi punya cukup uang untuk membayar sewa rumah. Situasi mendesak, kali ini gadis itu harus merelakan dirinya menumpang hidup pada Yan Cheng, seorang tabib yang membuka Balai Tian Qing. Meskipun tak diberi gaji, ia juga tak punya pilihan selain menjadi asisten tabib. Paling tidak, masalah yang dibuatnya di balai pengobatan itu tak sebanyak dan separah yang dilakukannya di tempat lain.
Hanya saja, Tang Yue Xing tak menyangka akan bertemu seorang pasien yang bersedia menampungnya, bahkan memberikan kenaikan gaji tiga kali lipat tanpa sebab yang jelas. Karena memang sedang butuh tempat tinggal, tentu saja ia langsung setuju untuk dibawa ke vila. Sebagai ucapan terima kasih, gadis itu pun tergerak untuk meracik teh spesial.
Namun, siapa yang tahu kalau minuman itu ternyata berefek besar bagi sang pemuda yang telah menyelamatkannya dari kemiskinan? Minimal, teh buatan Tang Yue Xing tidak meracuni orang. Sebaliknya, justru membuat ketagihan.
"Mulai sekarang, aku ingin kamu membuatkanku teh ini setiap hari. Ingat, harus kamu yang membuatnya."
Baru kali ini, Tang Yue Xing merasa senang saat mendapatkan perintah, seolah-olah ia dipercaya melakukan sesuatu. Sesuai arahan, gadis itu rutin membuatkan teh bagi sang pemuda untuk diminum dua kali sehari; pagi dan malam. Hingga seiring berjalannya waktu, ia pun menyadari hal penting. Semenjak bertemu dengan Lu Shun Yuan, barulah Tang Yue Xing merasa berguna hidup di dunia ini.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sebaik mungkin yang bisa dilakukan Tang Yue Xing mungkin tak sebaik yang dilihat orang, tapi ketika menemukan yang tepat, maka kamu akan benar-benar jadi sangat berguna✨️