Happy reading ~
•
•
•
Givana mengetikan sesuatu pada ponselnya. Sejak tadi ia sibuk mengirim pesan pada stranger yang mengetahui soal perpindahan jiwanya.
Givana.
Bisa ketemu kapan?Lo gak bohong kan? Lo tau gue Alena?
Lo juga tau Haga?
Lo siapa?
Ayo ketemu.
Givana di buat frustasi sendiri karena yang mengajaknya bertemu tadi siang itu tidak membalas pesannya sampai sekarang.
Ceklek.
Givana menoleh kala mendengar suara pintu terbuka.
"Akh kebiasaan! Gue bilang kalau mau masuk ketuk pintu dulu!" Kesal Givana pada Aiden yang malah bersandar di lawang pintu dengan bersedekap dada.
"Ribet" balas Aiden santai.
"Ngapain?" Tanya Givana ketus.
"Ngajak Lo makan biar gak mati dadakan" jawab Aiden.
Givana beranjak dengan malas dan berjalan menghampiri Aiden.
Tanpa izin, Givana mengaitkan tangannya pada lengan Aiden dan menarik lelaki itu untuk pergi.
Di pertengahan jalan, Aiden mencoba melepaskan tangannya tapi Givana terus menahan.
"Gak mau gandengan, gerah!" Kesal Aiden.
Givana menghiraukannya, gadis itu malah semakin mengeratkan gandengannya.
"Rades!"
"Ya ampun sayang, kita masih pacaran kan? Gandengan doang kok, masa gak boleh?" Gurau Givana.
"Mimpi buruk gue" gumam Aiden yang masih dapat di dengar Givana.
"Halah gaya Lo, giliran ada mantan Lo itu, Lo juga yang ngaku-ngaku" balas Givana mengejek.
Aiden mendengus sebal "Itu darurat"
"Elehh"
"Ah terserah, lepasin!"
"Gak mau"
"Gue bilangin cowok Lo nih" ancam Aiden.
"Coba aja, kalau Lo kenal"
"Kenal, deket malah"
"Masa? Siapa?"
"Itu si Aidan" jawab Aiden yang mengundang pelototan mata dari Givana.
"Heh! Lo bilang gue gak-" Aiden membungkam mulut Givana cepat sembari merangkulnya.
"Bercanda gue" ucap Aiden.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...