BAB 19 : Taman

13.1K 1.4K 191
                                        

Sejak baru memasuki dunia ini, Zetta tidak memiliki waktu untuk tenang, dia selalu memiliki masalah yang berhubungan dengan Arjuna. Padahal dalam cerita novel, Arjuna melepaskan Zetta tanpa beban, tapi kenapa sekarang cowok itu tantrum setiap hari saat Zetta tidak di sekitarnya?

Walaupun begitu, bisnis mengurus Arjuna sebenarnya cukup menguntungkan, dia bisa makan enak, pakaian baru, juga tidak perlu khawatir kehabisan uang, Arjuna akan membayar apapun yang menarik perhatian Zetta.

Tapi ya begitu, mengurus anak macan itu adalah marabahaya, bisa-bisa pas besar macan itu akan memakan Zetta..

Ah sialnya, bagaimana sih caranya agar Arjuna bersama Canitta saja? Salahnya juga sih yang lebih dulu memutuskan Arjuna, harusnya tunggu sampai cowok itu yang memutuskan.

Zetta yang sedang melamun di kejutkan dengan para penjarah yang sama seperti kemarin, lagi-lagi si kembar bersaudara datang ke tempatnya bersama si bocah bernama Alexander.

"Kakak cantik~~" Alex menyapa ramah sambil tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit, Zetta gemas sekali, di dunia ini memang hanya bocah ini penyemangat-nya, yang lain sangat menjengkelkan terutama pada Sergio yang kini sudah mengomentari berbagai macam makanan.

"Ini apaan nih? Kok bentuknya kayak ikan bibir dower gitu? Mau nyium ya ikannya? Ini terbuat dari apa? Kok rasanya asem gini? Kadaluarsa nih!"

"Berisik, mau beli apa engga?"

Walau cerewet, Gio tetap saja memborong seluruh jajanan ini dan membagikannya pada orang-orang yang lewat.

Sedangkan Sagara, cowok pendiam itu kini sedang duduk melukis di sekitar ujung danau yang ada di dibelakang taman, kadang-kadang Zetta merasa Gara itu sangat aneh, tapi di antara semuanya Zetta juga merasa kalau Gara lah yang sangat normal, anehnya cowok itu tidak bisa di peridiksi.

Alexander, bocah Belanda itu kini mulai berlari-lari di sekitar taman, dia mudah akrab dengan pengunjung, sesekali Sergio menegur bocah itu agar berhati-hati, yang di balas Alexander dengan menjulurkan lidah, Zetta puas sekali melihatnya, kadang dia juga ingin melakukan itu pada Sergio, tapi ya Sergio itu harus di sembah kalau Zetta masih ingin jualannya di borong oleh anak konglomerat tersebut.

"Zee, lo setiap hari jualan kah?" Sergio bertanya sambil memegangi botol minum Alexander, lucu sekali melihatnya, "lo miskin ya Zee?"

Sejujurnya Sergio bertanya hanya memastikan kalau-kalau Zetta adalah anak orang kaya gabut yang ingin mandiri, siapa tahu kan? Tapi jawaban Zetta adalah...

"Gue emang rakya jelata Gio, gue jualan karena gue butuh duit, jelas?"

"Ohh, gue pikir lo pura-pura miskin aja Zee, ternyata miskin beneran" Gio tertawa kecil, membuat Zetta memutar bola matanya jengah.

"Lo gak sekolah Zee?" Gio kembali mengajukan pertanyaan sembari matanya menatap Alexander yang kini duduk di rerumputan taman sambil memetik bunga-bunga dandelion yang secara liar tumbuh.

Mata Zetta ikut menatap si bocah Belanda, "gue sekolah kok, mau ngapain lo nanya-nanya tentang gue sih Gio? Cukup disini aja ya kita ketemu, gue gak mau ketemu lo di luar dari taman raya ini"

Gio mendelik, "galak banget"

"Emang"

"Nyari relasi orang kaya itu penting, Zee"

Zetta menghela nafas panjang, memilih tidak menjawab dan berjalan mendekati Alexander, bocah itu menoleh saat Zetta berada di dekatnya, "kakak Cantik, bunganya buat kakak"

Ah gemas sekali rasanya bocah ini, Zetta jadi ingin punya satu agar menemani malamnya yang suntuk karena kesepian, "serius? Makasih yaaa Al, kamu baik banget"

Alexander tertawa, lalu dia memetik kembali satu bunga dan meniupnya kencang, "liat kakak, bunga cantiknya terbang-terbang"

Manis sekali, Zetta ikut meniup bunga dandelion tersebut sambil tertawa manis, senang rasanya bertemu dengan bocah belanda yang sangat tampan tersebut.

Di balik momen itu, Gio memperhatikan dari dekat, menatap pada wajah Zetta yang terkena cahaya matahari sore bersama Alexander di sampingnya, angin sepoi-sepoi membuat rambut gadis itu berkibar dengan indah membingkai wajahnya yang ayu, dia cantik sekali, persis seperti peri dalam negeri dongeng.

Mata Gio yang tadinya datar kini berbinar menatap Zetta, bibirnya ikut mengukir senyum tipis melihat Zetta dan Alexander yang saling tertawa.

"Gimana rasanya?"

Gio terkejut, menoleh ke samping menemukan Gara yang menatapnya datar, cowok itu berdiri sambil memegangi bingkai lukisannya.

"Apanya?" Tanya Gio keheranan,

"Gimana rasanya jatuh cinta?"

Wajah Gio memerah, dia melirik Zetta sejenak lalu memutuskan untuk memalingkan wajah dan menatap Gara, "siapa yang jatuh cinta? Gue gak jatuh cinta tuh"

"Ekspresi lo mengatakan segalanya" Gara mengangkat alis, "yah gue paham sih"

"Paham apanya sih Gar? Jangan ngeledek gue!" Gio meraih botol minum Alexander dan meminumnya kasar, "jangan sok tahu"

Gara menyeringai, "lo lupa kita kembar Gio? Kita selalu bareng dari kecil"

Gio nampak salah tingkah, telinganya memerah dan dia menatap Gara dengan sorot kesal, "diem deh, gue cuma--- " Gio terbata-bata, lalu memilih menundukkan kepala dan mendengus keras, "gue gak tahu!"

"Sangkal aja terus Gio, suatu saat juga lo bakal sadar, dari tatapan lo aja udah menunjukkan kalau lo suka sama dia"

"Gue natap Alexander kok, tumben banget itu bocah akrab sama orang lain"

"Natap Alexander dengan tatapan mesra begitu? Alexander apa yang di sebelahnya Gio?" Balas Gara lagi,

Gio menghela nafas, memilih mengaku di hadapan kembarannya, "Tapi dia galak banget Gar, kayaknya dia gak mau di deketin gue"

"Karena lo nyebelin dari awal" balas Gara sambil mendudukkan diri di samping Gio.

"Kayaknya dia udah punya pacar, inget gak cowok yang kemarin jualan murah di samping Zetta? Gue tebak sih salah satunya pacarnya dia"

Gara terdiam, "gue pikir itu bukan pacarnya"

"Maksudnya?"

"Gue kenal salah satu dari mereka, yang jualan sushi keluarga Laksamana, kemarin mereka ngadain pertunangan, walau secara privat sih, tapi tetap aja gue tahu"

"Cowok itu yang tunangan?"

"Iya, gue juga udah pernah ketemu Zetta sebelum ini" bahas Gara lagi,

"Kapan?"

"Waktu pertunangan itu di adakan"

"Terus?"

Gara mencoba mengingat malam itu, "dia kelihatan...kasihan" Gara menatap pada Zetta yang kini masih bermain bersama Alexander, "make up-nya luntur dan dia kelihatan debat sama satu cowok di sana, setelah itu dia gak keliatan lagi, mungkin udah pulang"

"Putus cinta?" Tanya Gio lagi dengan sambil ikut tersenyum saat Alexander memasangkan satu bunga kecil di telinga Zetta.

Gara juga menatap pemandangan itu, "gue pikir begitu, mungkin ini waktu lo buat deketin dia?"
___________________________

Hmmm mulai nih...

Sergio atau Zeus nih?

Kalau mau baca duluan silahkan ke karyakarsa yaa...

Spam next disiniiiiiiii 🔥🔥🔥

Boys With Luv Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang