Chapter 15 😘

45.8K 3.6K 1.6K
                                        

Beberapa kali keduanya mampir direst area, Gales ternyata banyak makan dan tidak bisa menahan lapar terlalu lama.

Dylan baru tau salah satu fakta suaminya,  pantas saja jam makannya sangat teratur dirumah.

Menatapnya saat makan, Gales juga sama seperti manusia pada umumnya yang biasanya kasar dan suka memperlakukan orang senaknya.

Namun yang membuatnya iri, Gales tidak gendut atau perutnya sedikit membuncit saja. Badannya tetap bagus.

.

Setelah sampai, Dylan langsung masuk lalu merebahkan diri dikamarnya dahulu. Akhirnya setelah menempuh beberapa jam.

Saat memejamkan mata, Dylan kaget karna merasakan seseorang yang berbaring disisinya.

Pelakunya juga Gales itu sendiri.
“Kenapa disini?” Dylan langsung duduk dan kaget melihat Gales disisinya.

“Terus aku istirahat dimana?” Jawabnya dengan nada kesal.

“Bisa aja dikamar orang tuaku”

“Tidak ada kasur disana”

Dylan keluar keruang sebelah dan ya, disana kosong. Orang yang dipekerjakan untuk membersihkan rumah, sepertinya sudah membuang atau meletakkannya diruangan lain.

Dylan mau tidur, tapi masa iya disisi Gales. Namun Rasa lelah membuat membuatnya kembali kekamar dan melihat Gales sudah tertidur.

Dylan mengambil sisi  yang masih kosong dan tidur disana.


.


Rasanya Dylan begitu nyenyak tidur disana, tempat ia tumbuh dan berkembang sampai usianya menginjak 19 tahun.

Perlahan ia membuka matanya namun tengkuknya terasa hangat dan sesuatu mengikat perutnya.

Mata Dylan langsung segar karna menyadari itu nafas dan tangan Gales.

Mengingat tangan itu sudah menyentuh Ayana, Dylan langsung menyingkirkannya dengan kasar sampai Gales juga terbangun.

“Kenapa kasar sekali se?”

Dylan bangkit lalu keluar.

BRAK

Melihat Dylan membanting pintu, Gales menghela nafas. “Punya dendam apa dia sama pintu” gumamnya karna Dylan selalu membanting semua pintu entah dimanapun.

.

Dylan keluar dan ternyata langit sudah gelap. Dari kejauhan, dia melihat banyak lampu diarea tambang. Jadi dari sana warga kampungnya bekerja.

Dylan tersenyum namun ia malah teringat Gales yang memeluknya dan itu membuatnya sangat kesal.

Jika saja, Gales tidak membawa perempuan itu, Dylan pasti akan merasa sangat bahagia bahkan merayunya sekalian.

Menyadari pikirannya yang kotor, Dylan menggelengkan kepalanya kuat, dia tidak mau membayangkan hal semesum itu dengan Gales.

Dari belakang Gales melihat tingkah Dylan. “Apa aku terlalu menjijikan” ucapnya disertai helaan nafas.

.

Malam itu mereka mencari makan diwarung warung sekitar karna tidak ada resto ataupun cafe seperti dikota.

Karna sudah malam, tak lagi banyak pengunjung, paling hanya beberapa pekerja tambang yang mau masuk sift malam.

Beberapa dari mereka mengenal Gales dan langsung menunduk sambil minta salaman.

Adab orang kampung memang masih terjaga. Dylan juga mengenal beberapa orang disana, namun juga banyak wajah baru, mungkin mereka dari desa sebelah atau pekerja dari luar.

Dear HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang