"Eh, udah bangun?" Ardan yang tengah mencuci piring menoleh sekilas saat merasakan seperti ada yang berjalan di belakang.
Ternyata istri tercinta.
Myca dengan penampilan yang jelas terlihat baru bangun dari tidurnya terus berjalan dan nemplok di punggungnya.
"Lapar, Ardan."
Ardan mencuci tangannya, membiarkan sedikit piring yang belum dia cuci. "Ayo sarapan, aku udah bikin." dia berbalik, meraih setiap sisi bahu Myca.
Keduanya berhadapan sebentar, Ardan menggendong Myca dan dengan perasaan senang dia membelit leher Ardan.
"Sikat gigi dulu." bisik Myca.
"Oh iya," Ardan pun belok ke toilet yang kini banyak perintilan pink milik Myca. "Turun dulu." lalu menurunkannya.
Myca cuci muka, sikat gigi. Baru Ardan ikat rambutnya dan mengajaknya ke meja makan sederhana itu.
"Sosis."
"Hm, kalau masih mau aku goreng lagi." Ardan mendudukan Myca baru dirinya.
"Emm, enak." Myca begitu lahap saking benar-benar lapar. Nafsu makannya kembali. "Mau lagi," pintanya pelan.
"Nih, punya aku dulu soalnya kalau goreng lumayan lama." Ardan menyimpannya di piring Myca.
"Makasih."
"Sama-sama, sayangku. Aku mau goreng dulu, masih mau ga biar sekalian?"
Myca mengangguk pelan. "Satu aja." jawabnya.
Ardan mengulum senyum, mengusap dagu Myca sekilas dan mengecup puncak kepalanya. Dia senang kalau Myca ingin lagi.
Soal fisik Ardan tidak peduli asal sehat.
Ardan menggoreng sosis dengan tenang, begitu biasa. Mungkin karena orang tuanya sibuk makanya dia terbiasa memasak sendiri.
"Udah?" Myca menatap langsung pada sosis yang sedang digoreng itu.
Ardan menoleh, tersenyum melihat wajah tak sabar itu. Bibir berminyaknya Ardan seka lalu dia kecup.
"Ih malah cium!" Myca menyentuh bibir agak salah tingkah akibat jantungnya yang tiba-tiba berdebar.
"Ga suka ya?"
"Itu nanti gosong," Myca memperingati Ardan agar fokus ke sana.
Ardan tertawa pelan, dia pun segera membalik dan mengangkat sosis matangnya. Myca terus mengekor ingin sosisnya. Lucu.
***
Ardan menatap lengan yang merayap dan membelit perutnya dari belakang. Dia tengah lanjut cuci piring.
"Bosen."
Ardan tersenyum tanpa menghentikan gerakannya yang membasuh satu persatu piring itu.
"Mau jalan-jalan ke sawah lagi?"
"Ga harus sih, ngobrol juga cukup di rumah. Tapi kok temen-temen kamu ga ada? Biasanya di depan?"
Ardan sih yakin, mereka tahu dia dan Myca pengantin baru yang tidak mungkin di ganggu dengan berisiknya mereka di depan rumah Ardan.
"Ada di pos ronda, nanti kita main. Di sana biasanya bakar-bakaran, jagung, ubi atau singkong.."
"Malem-malem?"
"Iya, kalau pagi biasanya mereka tidur, kalau siang biasanya mereka ke sawah, ke kota atau kemana-mana, baru bisa kumpul itu ya malemnya karena kita ga sibuk, kalau nanti ada anak-anak KKN lagi baru kita selalu ada.."
