BAB 10

104 7 1
                                        

Kukuruyuk …!

“Berisik!” Emak melempar sandal keramatnya sama ayam jantan milik Junaedi. Seketika ayamnya kejang dan mati, emak menatap Junaedi dengan tatapan, ”Diam atau kau mati.”

Junaedi merasa perih dalam perut—eh, hatinya, si Daffa ayam kesayangannya berakhir di penggorengan. Apa ibunya dan emak udah sekongkol ya? Soalnya Ibu Whey-Whey, emak si Junaedi gedek banget sama si Daffa—ayam jagonya Junaedi. Alasannya gegara si Daffa pernah buang hajat di kasur yang dijemur, terus nyakar tumbuhan cabe gandotnya ibu, ditambah lagi namanya Daffa sama kayak nama mantan si ibu.

“Betapa malang nasibku, semenjak ditinggal Daffa.”

“Berisik! Kalau malang, kalau kau sayang itu ayam, kenapa kau makan dagingnya paling banyak bah?” Whey-Whey memarahi putranya, aslinya ini dari Medan kecantol orang Kuala Lumpur dan tinggal bertetangga dengan David, suaminya seorang pengacara.

Emak hanya melirik malas tetangganya yang ribut masalah ayam. Dilihatnya anaknya yang terganteng sejagat buana, sudah baikan sama sang pacar dan sekarang mau kencan bareng naik motor barunya. Yak, setelah dapat kiriman mobil super mewah, datanglah sepaket video game PS-4 yang harganya mahal, lalu berikutnya David mendapat motor terbaru. Emak enggak pernah protes, karena dia merasa memang tidak bisa memberikan apa-apa. Emang dasar anaknya paling gak peka juga sih, emak berubah diam akhir-akhir ini tapi David gak sadar. Dia malah enggak memedulikan emak yang tidak senang dengan semua itu.

“David, hmm … emak kelihatan sedih kenapa?”

“Sedih? Tidak ah biasa saja, Bim.”

“Dasar cowok enggak peka. Emak tuh sedih, kayak tertekan gitu. Masa kamu gak sadar sih? Biasanya paling rame, aneh, bahkan sekarang lebih banyak ngurung diri di kamar. Apa karena papamu?”

“Mungkin, Bim. Kenapa coba emak enggak balikan aja sama papa? Itu lebih baik, ‘kan?”

“David, semua orang beda-beda. Mana kita tahu emak masih belum move on,” tanggap Bimo sambil menyeruput minumannya yang penuh bubble.

“Ya elah, udah emak-emak masih bergalau ria,” seloroh David yang tetiba langsung tersedak minumannya.

“Kualat kan, makanya jangan remehin emak-emak.” Bimo mengusap punggung kekasihnya. Kemesraan mereka pun terusik dengan kehadiran Lam dan beberapa teman teknik David yang lainnya. Lam terlihat kesal, sepertinya dia kena bakiak emaknya lagi, Lam ini punya emak cerewet dan galak. Kalau ngomong, Lam baru satu kata, emaknya 1000 kata.

“Kenapa lu?”

“Motor gue disita emak, kesal gue. Ini gegara lu ye ngajak gue balapan, terus enggak sengaja gue nabrak pager orang. Jadinya emak gue ngomel dari pagi ampe malam, kuping gue panas,” kata Lam sambil memukul David dengan bukunya.

“Itu si de el, derita elu.”

“Punya teman unfaedah.”

“Nah lu kenapa, Jun? Macem kertas kusut itu muka.”

“Kangen Daffa.”

“Bener kangen? Yang makan ceker ayam sambil ngitung bintang di balkon semalam siapa?” sindir David.

***

David POV.

Selesai kuliah, seperti biasanya gue anterin Bimo ke apartemennya. Sesekali gue ikut masuk kalau bakpia Pathok itu enggak ada di kostan. Itu loh si Wahyu, pipinya kan mirip bakpia Pathok, karena bakpao sudah mainstream. Hari ini kayaknya si bakpia Pathok lagi enggak ada, jadi gue masuk ke kamar my love. Gue duduk di kursi sambil main ML.

“Mau minum apa?”

“Enggak usah, kenyang perutku.” Kami duduk bersebelahan, gue harus sabar karena kata emak my love punya trauma. Gue kudu nekan nafsu gue kalau lagi sama dia. Jadinya gue alihin dengan main game aja. Hujan turun deras di luar, gue jadi enggak bisa pulang. Suasana dingin bikin sesuatu di bawah sana memerlukan sentuhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Emak gua FujoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang