“Nevermind, I’ll find someone like you. I wish nothing but the best for you, too.”
-Adele, someone like you-
..................................................................
'Move on itu gampang'.
Kata orang-orang yang nggak pernah benar-benar jatuh cinta.
Katanya tinggal cari yang baru, sibukkan diri, jalan sama teman, minum kopi tiga kali sehari sambil bilang, “Aku udah nggak mikirin dia kok.”
Lucu. Padahal dalam hati masih hafal detil suara nafas terakhir waktu dia bilang, “Maaf ya…”
Aku juga pernah ikut tren itu.
Beli lipstik baru, ganti gaya rambut, post foto bahagia di Instastory.
Tertawa di depan, lalu diam-diam ngecek notifikasi. Siapa tahu… dia ingat ulang tahunku.
Dan saat akhirnya aku jatuh cinta lagi—dengan orang yang hadir tepat waktu, membalas chat tanpa jeda dua hari, dan nggak pernah bikin aku nunggu—rasanya?
Aneh.
Bukan karena dia kurang, tapi karena dia nggak bikin aku bingung.
Padahal dulu aku pikir cinta itu harus penuh perjuangan dan sedikit sakit biar berasa ‘dalam’.
Ternyata aku cuma terlalu lama terbiasa mencintai orang yang nggak mencintaiku balik.
Dan ketika akhirnya dapat yang tulus, aku malah merasa… bersalah.
Lucu kan?
Mungkin ini bukan soal dia. Bukan juga soal yang dulu.
Mungkin ini soal aku—yang terlalu betah tinggal di masa lalu, walaupun lampunya udah lama dimatikan.
------------------------------------------------------------------
Hai selamat datang di 'Left Behind in Time', cerita ini merupakan sepenggal kisah miris "seseorang" ditambahi bumbu-bumbu halu tingkat nasional. Biar apa? Ya biarin aja lah namanya juga halu😭 update kalo mood.
Regards,
Dnprn
YOU ARE READING
Left behind in Time
Teen Fiction"Katanya cinta pertama yang paling sulit dilupakan. Tapi ternyata, cinta kedua yang paling sulit dimaafkan." - Nara Aurelientha Aku pacaran sejak kelas dua SMP. Putus saat lulus, tapi bukan benar-benar selesai. Dari umur 15 sampai 20, dia tetap ada...
