BAB 16 : Anggota

15.1K 1.4K 164
                                        

Saat mereka turun ke bawah, Zetta bisa menemukan Dewan yang menyesap kopinya sambil memegang tablet, tidak ada Marina di sebelahnya, entah kemana ibu tiri Cinderella itu pergi, tapi Zetta mensyukuri kepergiannya.

Arjuna duduk di sebelah kanan ayahnya, dan Zetta berada di sebelah Arjuna.

Ini serius dia akan sarapan di meja makan yang penuh dengan hidangan ini?

Kalau Zetta minta bungkus bawa pulang gimana ya responnya?

Dewan meletakkan tabletnya di atas meja, menatap putranya, "bagaimana keadaan kamu?"

"Baik papa"

"Baik om"

Arjuna melirik Zetta, begitupun dengan Dewan yang ikut menatapnya.

Tentu saja Zetta masih kesal dengan kejadian saat Dewan mendorong tubuhnya memasuki kamar Arjuna, untungnya dia tidak mati konyol di dalam sana.

"Untungnya om gak perlu mesan satu paket kuburan di San Diego hills" Zetta menyindir.

Dewan menahan diri untuk tidak tertawa, "maaf, saya hanya khawatir pada Arjuna"

Zetta sedikit melotot, "terus om gak khawatir sama aku yang harus masuk kandang macan?!"

"Saya yakin Arjuna gak bakal bunuh kamu" balas Dewan lagi, "Saya benar kan? Kamu masih bernafas dan masih bisa cerewet sampai sekarang" Dewan meraih sepotong roti di atas meja, "mungkin kamu bisa gunakan mulut cerewet mu untuk makan"

Arjuna menatap keduanya dengan penasaran "Kalian akrab?"

Namun Zetta memilih memalingkan wajah ke arah lain, mengambil sandwich yang terletak di depannya. Sedangkan Dewan menatap putranya, "papa harus akrab sama menantu papa, iyakan?" Ujarnya sambil melirik Zetta yang sontak tersedak sandwich.

Zetta meraih air putih di depannya, lalu menatap Dewan dengan raut wajah syok, "Hah? Apa tadi om bilang?!"

"Kamu cerewet"

"Aku dengar ya pas om bilang menantu menantu"

"Terus kenapa tanya?" Balas Dewan.

"Om ini nyebelin banget" Zetta menoleh pada Arjuna, "ini bapakmu? Nasehatin gak biar gak nyebelin"

Arjuna meraih tangan Zetta, "Zee, tapi yang di omongin papa kan benar, kamu emang bakal jadi menantu"

Kenapa ya? Kenapa Zetta harus berada di sini pagi ini? Harusnya tadi dia langsung melarikan diri saja lewat jendela atau bahkan menyamar menjadi pelayan.

"Terus Canitta gimana?" Tanya Zetta lagi, "pliss kalian berdua sadar, Arjuna ini sudah tunangan loh, kalian bakal di tuntut sama keluarga Canitta karena mainin putrinya"

Dewan meraih selembar tisu di atas meja, mengelap tangannya, "itu masalah gampang, kamu gak perlu pikirkan"

"Gampang? Pertunangan itu bukan hal yang main-main" Zetta mendelik pada kedua orang tidak waras di sini, "kamu pertunangan aja udah begini, apalagi nanti kalau kita nikah, kamu anggap main-main juga?"

Arjuna menggeleng panik, "Zee, aku gak serius sama Canitta karena gak cinta sama dia, tapi sama kamu cinta banget, aku udah di tahap bakal gila kalau kamu ninggalin aku Zee"

Dewan berdehem, "saya sedikit merasa bersalah karena harus membawa kamu masuk kedalam keluarga ini, maaf tapi kami memang tidak waras" namun raut wajah Dewan sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah, malah dia menyeringai kecil pada Zetta, dia mengucapkan itu hanya untuk mempermainkan gadis itu. Dewan berdiri lalu merapikan jasnya dan berlalu pergi dari sana.

Mata Zetta menatap kepergian Dewan yang berlalu pergi dari sana, lalu dia menatap seluruh isi rumah dengan segera, "dimana Jun? Dimana tulisan rumah sakit jiwanya?!"
__________________________

Boys With Luv Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang