BAB 48 - Peluk yang Paling Hidup
Harry duduk di atas jaketnya yang dijadiin alas, sementara Aqeela... udah dari tadi asbun aja.
"Gue tuh kadang mikir, ya... kenapa daun warnanya hijau sih? Kenapa gak ungu pastel? Kan aesthetic."
Harry nyengir sambil nyender ke tembok. "Aesthetic menurut siapa? Pinterest?"
Aqeela manyun. "Pinterest tuh seni, tau. Inspirasi hidup gue."
"Gue pikir inspirasi hidup lo itu minuman manis dan drama Korea."
"Ya itu juga. Tapi Pinterest tuh... ya lo tau lah. Gue pernah liat ide buat bikin kamar warna earth tone, terus gue langsung pengen renov total kamar, padahal duitnya belum ada."
Harry ketawa, ketawanya yang khas-yang jarang banget dia keluarin sejak dia keluar dari asrama dulu. "Gue gak pernah ngerti gimana lo bisa ngomong dari warna daun sampe renov kamar dalam satu tarikan napas."
"Gue tuh paket lengkap, Har. Chaos, impulsif, dan kadang suka kagetin diri sendiri," jawab Aqeela sambil ngelemparin rumput kecil ke arahnya.
Harry liat Aqeela lama. Mata cewek itu berbinar tiap ngomong hal receh. Tiap omongannya kadang gak nyambung, tapi justru di situlah letak nyawanya. Energi hidup. Dan Harry ngerasa-dia gak pernah punya itu sebelumnya.
"Dulu gue hidup kayak mesin," kata Harry pelan.
Aqeela berhenti mainin rumput. "Hmm?"
"Waktu gue masih di asrama, gue cuma mikirin coding, angka, sistem, nge-hack buat project A, B, C. Gue bangun bukan buat hidup... tapi buat kerja."
Aqeela diem. Kali ini beneran denger.
"Terus lo dateng," lanjut Harry. "Dengan segala chaos dan cerewet lo... dan lo bikin semua ribet gue kerasa ringan. Kayak... tiba-tiba gue tau cara ketawa tanpa mikir lagi."
Aqeela nyengir kecil. "Gue tuh kayak virus ya... nyebarin ketawa, bukan nyakitin sistem."
Harry ketawa, ngusap kepala Aqeela pelan. "Virus yang bikin hidup gue gak grayscale lagi. Warnanya balik, Qeel."
Aqeela pelan-pelan nyender ke bahunya. "Lo juga bikin hidup gue tenang, Har. Lo bukan tipe cowok yang banyak omong, tapi... tiap lo ngomong, rasanya kayak gue lagi dipeluk."
Harry melirik. "Jadi lo mau dipeluk sekarang?"
Aqeela langsung duduk tegak, sok jaim. "Gak! Gak usah mesra-mesra di area publik! Ini masih sekolah, Pak Harry!"
"Tapi di belakang gedung, gak ada CCTV," goda Harry.
Aqeela manyun. "Gue tuh cerewet bukan berarti gampang dibecandain, ya."
"Tapi cerewet lo yang bikin gue waras. Bikin gue pengen bangun pagi cuma buat denger ocehan absurd lo."
Aqeela diem. Senyum pelan.
"Kalau suatu hari nanti lo berhenti cerewet," kata Harry, "Gue bakal panik."
Aqeela melirik. "Tenang aja. Selama mulut gue masih aktif, lo bakal terus dengerin teori-teori aneh kayak: kenapa burung bisa terbang tapi manusia enggak?"
Harry nyenderin kepalanya ke kepala Aqeela. Pelan, hangat.
"Aku suka kamu yang kayak gini."
Aqeela diem.
Terus bisik, "Lo baru bilang 'aku' tadi?"
Harry ketawa kecil. "Lo nyadar?"
"Lah iyalah! Siapa lo dan apa yang lo lakukan sama Harry?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HARQEEL
FanfictionAqeela nggak pernah benar-benar peduli sama Harry. Buat dia, cowok itu cuma "salah satu anak Asrama" yang kebetulan ada, tapi nggak pernah masuk dalam radarnya. Harry terlalu pendiam, terlalu dingin, dan lebih sering tenggelam dalam laptopnya daripa...