25

15.3K 1.9K 248
                                        

Halo halo apa kabar?
Sehat?

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

###

"Kakak... maaf mengecewakan. Tapi... Vyan memang tidak pernah sehat."

Ucapan Vyan bagai tamparan untuk Arley kembali sadar. Ia tidak bisa menjawab dan mendadak semua kosa katanya lenyap. Yang tertinggal, kini hanyalah sesak di dalam dada.

Vyan menatap kakaknya yang terdiam. Ia tahu, mungkin ucapannya membuat suasana hati sang kakak tidak baik. Tapi ini sebuah fakta yang dirinya sendiri pun tidak bisa mengelaknya.

"Kak, mungkin Vyan tidak sehat. Tapi setidaknya, sekarang ini, Vyan baik-baik saja." Vyan tersenyum ke arah sang kakak.

"Ah, benar. Vyan akan baik seterusnya, bukan?"

Vyan tidak menjawab, itu bukan sesuatu yang bisa ia janjikan. Pikirannya sendiri terkadang tidaklah normal. Jadi, bagaimana bisa ia menjanjikan sesuatu yang dirinya saja tidak yakin akan seterusnya mempertahankan kondisi 'baiknya' saat ini.

"Coba ini. Rasanya manis dan berair." Vyan menusuk salah satu potongan buah dan memberikannya pada sang kakak.

Arley tahu jika Vyan berusaha menghindari topik, dan ia tidak ingin terus mengejar jawaban Vyan. Vyan yang baik-baik saja saat ini cukup baginya. Ia hanya perlu mempertahankan kata 'baik-baik saja' ini seterusnya.

Arley membuka mulutnya dan memakan buah itu dari suapan sang adik.

"Em. Ini manis. Kakak akan membelikannya untukmu lebih banyak."

"Baik."

Arley kembali ke meja kerjanya. Ia perlu mengurus beberapa berkas yang mendesak untuk dibaca dan disetujuinya. Meski begitu, ia merasa senang karena ada Vyan yang menemaninya. Sebentar lagi, gilirannya untuk memonopoli Vyan setelah berkas menyebalkan ini diurus.

Tapi harapan Arley pupus tidak lama kemudian ketika Xulio membuka pintunya.

Arley mendapatkan firasat tidak baik dengan kedatangan sang ayah.

Apakah bisa ayahnya itu dihilangkan saja saat ini?

Tanpa basa-basi, Xulio langsung duduk di samping Vyan.

Vyan sendiri tidak heran dengan kedatangan sang daddy. Perusahaan ini milik sang daddy, jadi kedatangan sang pemimpin di tempat kerjanya bukanlah sesuatu yang aneh.

"Ingin ikut Daddy?"

Tanpa menunggu jawaban Vyan. Xulio langsung menarik tangan Vyan untuk mengikutinya keluar.

"Dad—" ucapan Arley tidak terselesaikan karena sang ayah lebih dulu membawa pergi Vyan.

"Sabar Ar, sabar. Kamu tidak bisa menodongkan pistol ke arah Daddy-mu. Tidak baik jika Vyan menganggapmu sama gilanya dengan Daddy-mu," ucap Arley pada dirinya sendiri guna menenangkan emosinya.

"Selesaikan secepatnya, dan ambil kembali Vyan!" Dengan motivasi yang kuat, efisensi kerja Arley meningkat dan tidak butuh lama semua dokumen penting yang perlu diproses selesai. Ia menghubungiku bawahannya untuk memastikan di mana keberadaan Vyan.

"Sial! Kali ini, aku setuju jika Daddy memang gila seperti ucapan Vyan." Suasana hati Arley mendadak suram ketika mendapati kabar dari bawahannya jika sang ayah bukannya mengajak berkeliling perusahaan, melainkan langsung membawa pergi Vyan entah ke mana.

***

"Vyan ingin pergi ke mana?" tanya Xulio pada Vyan yang sedari tadi duduk tenang tanpa menanyakan tujuan kepergian mereka.

Suddenly!: Another NPC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang