Part 35. Satu Hari Dua Lelaki (2)

34K 173 10
                                        

"Tristan! Bantu ibu!"

"Tenang dulu, Bu. Ibu inget gak orang itu cuma liatin ibu doang apa sambil ngerekam?" Sedang galau seperti itu Inaya malah disuruh mikir.

"Ibu yang ngerekam, dianya enggak, kayaknya sih, ya," kata Inaya. Ia pun tak yakin betul.

"Kalo gitu masih aman sih, Bu. Dia gak ada bukti buat ngancem ibu. Yah, palingan minta jatah doang ke ibu, wkwkwk."

Inaya sontak menabok punggung Tristan. "Di saat gini kamu masih bisa ngelawak? Tega!" Inaya memanyunkan bibirnya kesal dengan Tristan.

Lelaki itu menepuk-nepuk lengan Inaya lirih. "Tenang, Bu. Kalo yang ngintip itu murid sini bisa aku tanganin. Tapi kalo guru atau yang lain ya aku angkat tangan."

Apa yang dikatakan Tristan sama sekali tidak membuat Inaya merasa lebih baik. Justru sebaliknya, kata-kata Tristan yang bilang 'paling minta jatah doang' membuat dirinya bergidik ngeri.

Sungguh ia tak mau melakukannya jika tak memiliki perasaan apapun, apalagi di bawah ancaman. Dia tak akan rela.

"Eh, tadi katanya ibu ngerekam pas sama pak Rahmat?" tanya Tristan mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sssttt...!!! Jangan keras-keras!" omel Inaya. Tristan hanya meringis sambil menganggukkan kepalanya.

Inaya kemudian mengambil ponselnya. Sebelum menyalakan layarnya, Inaya tengok kanan kirinya. Merasa aman, ia pun segera menunjukkan video hasil rekaman aktivitas panas antara dirinya dan juga pak Rahmat.

Di saat Tristan sedang fokus menonton video dewasa yang diperankan oleh gurunya sendiri, Inaya terus mengamati situasi.

"Udah belum?" tanya Inaya yang was-was.

"Ck, bentar banget, Bu!" protes Tristan karena durasinya terbilang singkat. Padahal tidak ada sedetikpun ia skip videonya.

"Namanya juga waktunya sempit."

"Emang biasanya lama, Bu? Perasaan yang di video kemarin juga sebentar." Tristan mengembalikan ponsel itu kepada Inaya.

"Emang kamu video kok sampe dua jam, ngapain aja coba!"

"Ya kan foreplaynya bisa dibanyakin, Bu. S*x kan bukan cuma soal masukin anu ke anu, Bu. S*x itu soal seni memuaskan hasrat laki-laki dan wanita."

Inaya mengernyit dahinya seraya meringis. "Idih, bocah kemarin sore ngajarin soal s*x."

Tristan justru terkekeh. "Yang ibu bilang bocah ini udah sering bikin wanita-wanita dewasa kejang-kejang di atas ranjang, Bu!"

Inaya merinding mendengar penuturan Tristan. Dia bukannya tidak percaya soal klaim Tristan barusan. Ia melihat sendiri bukti video yang dikirim Tristan kepadanya.

Ia hanya merinding karena membayangkan jika dirinya yang ada di posisi pasangan Tristan. Apakah dia bisa bertahan, ia melihat sendiri di beberapa pemeran wanitanya berakhir tak berkutik di akhir video.

Tak berselang lama, ponsel Inaya berdering. Saat dilihat ternyata itu adalah ayah mertuanya yang menelpon.

"Ibu balik dulu ya, Tan. Kapan-kapan kita lanjut lagi obrolannya." Setelah mengatakan itu Inaya langsung mengangkat telepon dari mertuanya.

"Halo, Assalamualaikum, yah," ucapnya memberikan salam. Inaya terus berjalan sambil berbicara lewat telepon.

"Waalaikumsalam, Nay. Maaf ayah ganggu. Kamu lagi ngajar, ya?"

"Enggak kok, yah. Ini baru selesai ngajar lagi istirahat. Kenapa emangnya, yah?"

"Gak papa, Nay. Ayah cuma kangen suara kamu aja. Boleh, kan?

Kisah Lendir Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang