Halo halo, apa kabar?
Sehat?Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
###
"Maaf. Sepertinya Kakak lapar." Vyan sang pelaku berbicara dengan kelewat tenang.
Terdengar suara tertawa dari meja lain. Sedangkan, yang lain sebisa mungkin menyembunyikan tawanya mereka.
Ghoza dan Ghozi tersenyum mendengar ucapan sang adik. Adiknya ini benar-benar sangat mampu membuat orang tidak berkata-kata.
"Kamu, kamu ...." Yohan secara refleks mengunyah bakso yang ada di mulutnya. Untungnya ia tidak tersedak. Tidak, ini jelas mempermalukannya!
"Apakah Kakak masih ingin? Mari, duduk. Kita bisa makan bersama." Ucapan Vyan terdengar mengundang, tapi bagi Yohan itu hanyalah sebuah sindiran.
"Kamu tidak sopan!"
"Apakah Kakak pernah mendengar sebuah kalimat?"
Si kembar tidak menghentikan sang adik. Keduanya merasa perilaku Vyan sekarang ini cukup lucu.
"Aku tidak ingin mendengarkannya!"
"Baiklah. Vyan akan mengatakannya. Seseorang akan berperilaku menyebalkan jika dirinya lapar."
"..."
Untuk ke-dua kalinya terdengar suara tawa di sekitar mereka.
"Kamu, kamu..." Yohan kehilangan suaranya. Ia terlalu kesal hingga tidak bisa berkata-kata.
Yohan akhirnya pergi dengan perasaan kesal dan tidak bisa dilampiaskannya.
"Baiklah. Sekarang, Vyan makan. Nyamuk itu sudah pergi," ucap Ghoza sembari memberikan sendok dan garpu untuk dipegang sang adik.
"Jika nyamuk sebesar itu, bukankah itu akan membunuh dalam sekali hisap," timpal Vyan lalu menusuk bakso di dalam mangkuknya.
Si kembar tidak bisa menahan tawa kecilnya. Adik mereka memang sungguh menggemaskan dengan segala tingkahnya uniknya.
"Vyan ingin saos."
"Hanya saos tomat."
"Vyan ingin pedas."
"Baik, tapi jangan terlalu sering, oke?"
"Em."
***
Vyan menatap kakak sepupunya dengan perasaan tak menentu. Kali ini, kak Arley, ia curiga, berikutnya akan menjadi giliran daddy-nya yang akan menjemputnya.
Arley membawa Vyan ke dalam ruangan kerjanya. Perusahaannya baru saja dikembangkan di sini, sejak sang ayah memutuskan untuk menetap di negara ini. Jabatannya adalah wakil direktur, dan pemegang utama perusahaan tetaplah sang ayah. Dirinya 'diculik' sang ayah untuk mengurus di sini.
"Vyan ingin apa?"
"Apapun boleh."
"Terlalu penurut juga tidak baik. Sekali-kali, memberontaklah." Arley menatap Vyan dengan tersenyum kecil.
"..." Vyan awalnya, mengira jika kakaknya ini terlihat cukup normal, tapi sekarang, keluarga pamannya memang terlalu 'normal'.
'Seperti yang diharapkan. Kak Arley tetaplah putra daddy. Unik.'
Senyum Arley membeku. Pupus sudah harapannya. Adiknya ini sudah menjulukinya 'unik', sama halnya dengan Calix dan sang ayah. Sepertinya, ia tidak bisa lolos dari bayang-bayang 'ayah gilanya'.
Arley berdehem kecil. Ia menarik salah satu buku bacaan dari salah satu lemari kerjanya.
"Vyan baca ini terlebih dahulu, oke? Tunggu kakak sebentar. Setelah itu, kita akan berkeliling tempat ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly!: Another NPC
Teen FictionBiasakan vote sebelum baca, yuk. Saling support. Bukan saling menyakiti. Komen tidak sopan, maaf langsung blok! ⏳⏳⏳⏳⏳ Vyan terbangun dengan dikelilingi orang-orang asing di sekitarnya. TING! Sistem: "Sistem berhasil diikat! Halo, Tuan Rumah!" Vyan:...