Part 67 - Caesar Cipher

Magsimula sa umpisa
                                        

Alexa mengernyit bingung, menatap El dengan ekspresi setengah tidak paham. El hanya menanggapi dengan senyum kecil sebelum menjawab, "Kalau keadaannya mendesak kayak sekarang, aku tinggal jelasin aja. Dia pasti ngerti."

Alexa membuka mulut, seolah ingin membantah, namun akhirnya hanya mengangguk kecil. Ia memilih percaya, meski hatinya masih sedikit waswas membayangkan kemarahan Carel nanti.

Langkah mereka berdua akhirnya tiba di depan pekarangan sebuah rumah tua. Rumah itu tampak begitu gelap dan menyeramkan, nyaris seperti rumah hantu dalam film-film horror. Cat dindingnya mengelupas, beberapa jendela pecah, dan lampu halaman remang-remang berkedip sesekali, menambah kesan angker yang membuat bulu kuduk berdiri.

Alexa menelan ludah. Naluri alaminya berteriak untuk berbalik dan lari, namun genggaman tangan El di pergelangan tangannya terasa menenangkan. Ia menarik napas panjang, mencoba menetralisir kegugupannya.

Namun saat memandang rumah itu lebih teliti, pikiran lain tiba-tiba melintas di benaknya. Bukankah tadi El bilang, abangnya sudah membagi tim untuk pergi memeriksa rumah ini? Artinya, seharusnya ada orang-orang lain yang sekarang sedang berjaga atau menyelidiki di dalam.

Tapi mengapa... suasananya justru seperti benar-benar kosong? Bahkan tidak ada satu suara pun yang terdengar dari dalam rumah. Tidak ada obrolan, tidak ada langkah kaki, tidak ada apa pun.

Alexa menoleh sekilas ke sekitar. Mobil-mobil anak buah abangnya juga tidak terlihat di pekarangan. Apa mungkin mereka sengaja menyembunyikan mobilnya di blok lain seperti yang mereka lakukan? Itu masuk akal, tapi tetap saja... suasana ini terasa aneh.

Rentetan pertanyaan muncul begitu saja di benak Alexa.
Apakah semua orang sudah masuk dan tidak ada yang berjaga di luar?
Kenapa terasa seperti rumah itu benar-benar mati?
Apa mungkin ada sesuatu yang terjadi di dalam sana?

Alexa mengeratkan genggamannya di lengan El tanpa sadar.

"El kenapa sepi banget, bukannya—"

"Shuut," potong El menempelkan jarinya di depan bibirnya.

Semakin dekat, El semakin bisa mendengar sayup-sayup seperti ada keributan di dalam sana. Telinganya memang begitu sensitif apalagi di tengah keheningan seperti ini.

El menatap anak buahnya. Seakan mengerti dengan tatapannya itu. Dua diantara mereka maju ke depan. Salah satu nya membuka pintu dengan perlahan, sementara yang lain siaga di posisinya.

Kreet

Pintu dibuka perlahan, dan pemandangan di dalam rumah itu sontak membuat mereka semua terpaku.

Ruangan itu remang, hanya diterangi cahaya dari luar yang menembus dari jendela dan ventilasi, menciptakan bayangan-bayangan samar. Namun yang paling mencolok adalah tubuh-tubuh yang tengah terikat dan dilumpuhkan di beberapa sudut ruangan.

Beberapa pria tergeletak di lantai dengan tangan diborgol ke belakang, sebagian lain duduk bersandar di dinding dengan wajah lebam dan napas tersengal. Suara rintihan pelan terdengar, begitu juga desisan kesakitan. Di antara mereka, beberapa masih berusaha melawan, tapi tampak jelas bahwa mereka sudah tidak berdaya.

Carel berdiri di tengah ruangan dengan napas berat, tangannya masih memegang senjata. Di sebelahnya, Alex, menjaga seseorang yang baru saja dijatuhkan. Dua anak buah mereka tampak masih bersiaga, memastikan tidak ada yang lolos.

Sontak, Alexa dan El terdiam di ambang pintu. Alexa mengerutkan alis, kebingungan melihat kondisi dalam rumah yang tak sesuai bayangannya.

"Ada apa ini...?" bisik Alexa, tak sadar dirinya melangkah mendekat.

El mengikutinya dengan waspada. Alexa kini berdiri hanya beberapa langkah dari Carel yang membelakanginya.

"Bang..." panggilnya pelan. "Ini... maksudnya apa semua ini? Mereka siapa? Apa yang sebenarnya—"

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon