Klandestin (22)

31.4K 1.8K 40
                                        

Klandestin chapter 22 (Dendam yang terbalas)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klandestin chapter 22 (Dendam yang terbalas)


Cahaya dari sebuah jendela kecil diatas menyorot tubuh perempuan yang duduk terikat di sebuah kursi, ditengah ruangan gelap, pengap, dan tak ada apapun selain tumpukan kotak kardus bekas di sudut ruangan.

Langkah seseorang menderap masuk dengan tegas diikuti keempat pengawalnya, senyum dari bibir yang disinggahi sebatang rokok menyala itu mengulas sebuah senyuman smirk.

"Siram dia agar segera bangun!" titahnya pada mereka.

Dua pria berlalu dan kembali membawa seember air dingin lalu menyiramkan langsung ke tubuh Adelaine, suara batuk dari wanita ini terdengar merasa hidungnya kemasukan air, perlahan kedua kelopak mata itu terbuka menatap langsung kedepan.

Dimana aku, batin Adelaine, mulutnya di sumpel sebuah kain sehingga tidak bisa berbicara bebas.

Sadar orang didepannya ia langsung memberikan tatapan benci dan mengerang penuh amarah.

"Apa? Terkejut? Terkejut bisa melihatku lagi Nyonya Adelaine yang terhormat?" dia adalah Adrian, dengan senyum pongah nya.

"Ah, maafkan aku jika aku terkesan kurang ajar karena membawamu tanpa izin ke tempat ini, akan tetapi sikapmu sendiri yang membuatku harus melakukan ini Nyonya," Adrian berjalan mengelilingi.

"Berani sekali nyalimu, padahal aku menyimpan rahasia besar yang kau sembunyikan juga dari suamimu, kau kan. Yang mencampur sendiri obat perangsang itu? Hanya supaya kau bisa menggagalkan pernikahan mereka? Cih murahan."

Tak henti Adelaine mengikutinya dengan pandangan mata memicing tajam

"Sekarang, Nyonya pasti tau apa akibat dari ikut campur dalam hidupku, seharusnya jika Nyonya tau sahabat anda telah mati duluan di tanganku, anda menjauh. Jangan pernah mengusik diriku lagi bukan malah menyerahkan diri ke kandang harimau secara langsung."

"Mmmmh!" erang Adelaine ingin berbicara.

Kini pria itu berhenti tepat didepan, membungkukan tubuh agar sejajar lalu tersenyum licik, ia menarik penutup mulut Adelaine dan---

Cuih!

Kembali ludahan itu diberikan untuk yang kedua kalinya, tapi kali ini Adrian hanya tersenyum mengusap pipinya yang terkena cairan tersebut.

"Brengsek! Sekarang kau mengakui jika dirimu adalah pembunuh dan dalang kematian Aurora! Harusnya kau yang dipenjara bukan orang yang tidak bersalah yang harus menanggung kesalahan mu!" sembur Adelaine tanpa takut sedikitpun.

"Anda sudah bersikap kurang ajar padaku untuk yang kedua kalinya, tapi ku maafkan karena ini kuanggap sebagai tanda perpisahan kita yang terakhir kali," Adrian menegakkan tubuh memandang rendah Adelaine, "Terlalu ikut campur, jika aku yang membunuh wanita itu lalu urusannya dengan dirimu apa? Jangan bersikap seolah kau pahlawan disini, dirimu hanya belum tau aku yang sebenarnya."

Klandestin (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang