Klandestin (21)

29.4K 1.6K 27
                                        

Klandestin chapter 21 (Rencana)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klandestin chapter 21 (Rencana)





"Arghhh sial-sialan kalian semua!"

Ruang diskusi di gedung milik aktris Adrian yang harusnya menjadi ruangan untuk membicarakan hal-hal penting dan strategi promosi sekarang malah dibuat kacau balau.

Tak segan kaki itu menendang, menghancurkan sebuah meja kaca ditengah sofa berwarna hitam yang tengah didudukinya, urat-urat tercetak jelas, putih di kelopak matanya memunculkan urat merah, nafas Adrian menderu cepat karena luapan emosi.

Seorang pria bertugas sebagai asisten pribadinya hanya mampu berdiri tertunduk didepan.

"Katakan sekali lagi," tekan dalam Adrian menyorot tajam.

"G--gagal Tuan, Wanita itu diselamatkan oleh Ayahnya sehingga tabrakan tidak terjadi, sekarang. Kabar buruknya beberapa mata-mata keluarga Viscount kedapatan mengintai area kita Tuan."

Bukannya mereda amarah Adrian malah semakin menggila, ia menggeram lalu melemparkan sebuah asbak dari kaca hingga melukai sisi wajah asistennya.

"Tidak becus! Aku menyuruh kalian untuk membunuhnya! Membunuh wanita itu dia adalah ancaman untuk diriku! Arghhh aku ingin melenyapkan wanita sialan itu!" seperti orang gila Adrian terus meraung menghancurkan segala hal disekitarnya untuk melampiaskan emosi.

Dirinya menatap ke luar jendela kaca yang memperlihatkan keindahan kota dengan tangan yang terangkat seolah menangkap erat matahari pagi yang mulai naik.

"Aku bersumpah akan membunuhmu Nyonya Adelaine, kau salah berhadapan dengan siapa. Seseorang yang memiliki seribu cara licik untuk membuat mu bertekuk lutut," ucap Adrian tersenyum bak iblis menatap kepalan tangan yang bergetar.

"Bawa perempuan itu kehadapan ku," titah Adrian.

"Baik Tuan," patuh si asisten, keluar sambil menutup setengah wajahnya yang berlumuran darah.

"Nyonya Adelaine, aku mengantongi rahasia terbesar yang kau sembunyikan selama ini jika kau berani macam-macam denganku, maka rahasia mu pun akan ku bongkar didepan Tuan Alister sendiri," Adrian tertawa keras, raut muka nya menggambarkan sebuah kepuasan.

"Lepas! Lepaskan aku! Tuan kalian bajingan!"

"Diam! Dorong dia masuk!"

Adrian berbalik tepat saat pintu di dobrak dan tubuh perempuan yang tampilannya kacau juga kacamata yang hampir belah di dorong paksa memasuki ruangan.

Dia terduduk di lantai dengan hidung kembang kempis menatap sengit pria yang berdiri penuh angkuh didepan.

Melangkah kian dekat dengannya disertai senyum miring yang tak pupus, "Nerina, sebagai asisten setia dari Aurora kau pasti sudah menemani perjalanan hidup karir wanita itu sejak awal kan?"

Klandestin (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang