Debugging Perasaan di Kelas TIK

Start from the beginning
                                        

Mohan tetep santai, "Chill baby girl, pacar aku cuma kamu. Tapi emang dia selucu itu, baby girl."

Raisa mendekat, bibirnya nyaris menyentuh telinga Mohan. "Jangan sampe kamu lupa arah pulang, baby boy, karena rumah kamu itu... aku."

Gema di belakang tiba-tiba nyeletuk, "Anjir, Raisa drop mic barusan."

Flavio dan william dua sejoli yang berada di kelompok lain ikut tertawa karna kerandoman Aqeela dengan yang lain. "Sayang, Asrama ini lebih rame ya semenjak ada aqeela" bisik vio ke William "iya sayang, makin tambah absrud"

Electra nambahin, "Drama level asrama ini. I’m living for this."

Noel sambil ngemil biskuit, "Gue mah tim penonton aja."

Dan seperti biasa, keabsurdan Aqeela tak berhenti di situ. Ia tiba-tiba berdiri, ngeluarin kotak pensil, buka... isinya paku payung.
"Salah bawa... Gue kira ini kotak makeup. Eh ternyata ini bekas toolkit panahan gue."

Gizzle nyeletuk, "Lo beneran manusia, Qeel?"

Aqeela cengar-cengir, "Gue tuh limited edition. Sekali produksi, langsung error."

Dan puncaknya datang saat Victoria si centil, alias si Cegil, tiba-tiba duduk manja di sebelah Fattah. "Fattah... kamu tuh tinggi banget sih, kayak impian yang belum kesampean... boleh nggak aku pinjem pundak kamu sebentar aja?"

Aqeela berdiri, tangan di pinggang. "PICKME! Itu cowok gue, bukan sandaran umum! Kalo mau nyender, nyender ke dinding. Itu setia, gak akan ninggalin lo piktoriaaaa!"

Seisi kelas ngakak. Bahkan Bu Fatma geleng-geleng sambil tetap mantau layar.

Dan di tengah kekacauan itu, ada satu hati yang diam. Satu pikiran yang berjalan dalam diam. Harry.

Pikirannya mengalir seperti baris kode yang ia susun dengan jari ratusan skenario, kemungkinan, dan hipotesa. Tapi satu variabel tak pernah berubah, Aqeela."Aku tahu... Fattah dan Zara, mungkin suatu hari akan bersama karna mereka seperti sedang tertarik satu sama lain tanpa sadar. Tapi aku? Aku tetap. Diam. Tetap mencintai Aqeela... tanpa ada yang tahu, tanpa berisik , tanpa menganggu dia dengan kebahagiaanya Fattah."

Harry menatap layar monitor. Coding selesai. Tapi hatinya belum.

Dan untuk sekarang, tugasnya cuma satu, menjaga Zara, melindungi dari luka yang bisa datang kapan saja.Bukan karena cinta, tapi karena rasa tanggung jawab seorang hacker yang di cap menyukai zara pada pandangan pertama... kepada user yang belum tahu bahwa hatinya belum sepenuhnya aman dari virus bernama cinta lama yang tak pernah benar-benar hilang.

***

Setelah kelas TIK selesai dengan jejak kode cinta yang belum sempat di-debug, hari itu jadi momen paling ditunggu anak-anak asrama: Hari Pegang HP. Dunia tiba-tiba berubah dari hitam putih jadi full color. Semua sibuk, semua heboh.

Di sudut ruangan, ada yang jualan live di Tok-Tok sambil nyamar jadi host viral, gaya dan logatnya kayak gabungan penyiar radio dan tukang siomay. Gelak tawa pecah, komentar absurd bermunculan.

Raisa dan Mohan? Selengket stiker bekas di laptop. Udah gak bisa dilepas. Foto-foto, pose couple aesthetic, dan story berdua tiap 5 menit. Mungkin udah langganan ruang BK saking seringnya ketahuan pacaran terlalu intens. Tapi tetap aja, mereka gak jera. “Love wins,” katanya.

Di sisi lain kelas, Fattah dan Aqeela duduk diam di pojokan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sisi lain kelas, Fattah dan Aqeela duduk diam di pojokan. Tanpa ponsel. Tanpa noise dari dunia luar. Hanya mereka dan percakapan dalam. Deep talk.

Bukan karena mereka anti-sosial. Tapi karena memang gak ada yang mau mereka hubungi. Hubungan dengan orang tua? Sama-sama retak. Dunia luar terasa terlalu ribut untuk hati yang sedang belajar tenang.

Aqeela bersandar ke dinding, Fattah menatap langit-langit, lalu balik menatap mata Aqeela.
“Kadang ya… aku ngerasa, cuma kamu satu-satunya yang ngerti aku.”
Aqeela mengangguk pelan, “Karena aku juga ngerasa gitu, Tah.”

Dan di balik semua itu, ada satu sosok yang sedikit muak tapi selebihnya bahagia melihat gadis kecilnya bahagia, Harry. "Ngeliat Aqeela ketawa di sisi Fattah tuh rasanya... kayak coding sukses tapi salah target. Pahit manis."gumam nya di dalam hati.

Harry akhirnya beranjak dari kursinya. Matanya mengarah ke Zara, yang sejak tadi mondar-mandir gelisah.
“Zara, kamu kenapa?” tanyanya dengan nada lembut tapi tajam.
Zara terdiam. Berusaha nyembunyikan keresahan di balik senyuman.
“Aku… cuma pengen hubungi mama. Tapi sinyalnya jelek, dan… dia gak angkat-angkat. Mungkin dia udah ganti nomor…”

Wajah Zara pucat. Matanya mulai berair, napasnya memburu.
Harry nyaris meraih tangannya, ingin menenangkan,Tapi Zara jatuh.

“ZARA!!” teriak beberapa siswa bersamaan. Suasana langsung panik. Semua berhamburan, HP dilempar ke meja, bahkan Raisa sampe gak sempet nge-save selfie terakhirnya.

Harry langsung berlutut, tangannya menahan kepala Zara agar tidak terbentur lantai. Jantungnya berpacu, otaknya berpikir cepat.

Love In AlgorithmWhere stories live. Discover now