Karena waktu megang hp aku di perpanjang sampe besok, jadi aku sempetin buat nulis dulu walau dikit.
Buat yang mau tau alasan aku ga bisa megang hp, liat pengumuman ya😘
_____________
Tandai kalau ada typo!
°
Happy reading ~
•
•
•
TOK! TOK! TOK!
"Emh.. bangsat! Siapa sih, masih pagi juga!" Umpat Givana dengan mata yang masih tertutup.
TOK! TOK! TOK! TOK!
"TAU SABAR GAK LO?!" Teriak Givana seraya melempar bantal.
"GIVANA!!"
"Ragastor! Sial, berisik banget"
Dengan terpaksa Givana bangkit dan menghampiri pintu untuk membuka kunci.
Ceklek!
"Jam berapa sekarang?" Tanya Aiden tiba-tiba.
Givana mengernyit "Mana gue tau. Yang jelas masih pagi"
Tak!
"Shh" ringis Givana.
Benar-benar, apakah Aiden memiliki dendam yang sudah lama di pendam?
"Liat jam" titah Aiden dengan bersedekap dada.
Givana mendengus tapi tetap menoleh untuk melihat jam yang ada di kamarnya.
Detik itu juga matanya membulat sempurna "WHAT?! ENAM LIMA- hmp"
Aiden dengan cepat membekap mulut adik yang menurutnya bodoh itu.
Givana memukul-mukul tangan Aiden karena engap mulai menghampiri. Aiden yang peka-pun segera melepas bekapannya.
"Kenapa Lo gak bangunin gue?!" Marah Givana.
Aiden melangkah maju, membuat Givana sontak mundur.
"Ini apa?" Tanya Aiden dingin.
"Hm? Ini gue lagi apa?" Tanyanya sekali lagi.
"L-lo-
"Ck! Cepet siap-siap! Gak usah mandi, pacar Lo di bawah!" Setelah mengatakan itu Aiden berlangsung pergi.
Brak!
Di saat itu juga tubuh Givana melemas. Astaga, ini hari Senin. Upacara di mulai jam 06.30, sedangkan sekarang sudah pukul 06.54.
"Givana!" Teriak Aiden.
Mendengarnya, Givana dengan cepat bangkit "Iya-iya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...