Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Klandestin chapter 19 (Satu lagi kesempatan?)
"Apa masakannya enak?"
"Alister apa maksudnya semua ini?"
Kedua pasangan yang sudah legal dengan status suami istri kini saling berhadapan, duduk di kursi menyantap hidangan kecil yang tersedia di sebuah meja sebagai pemisahan ditengah mereka.
Adelaine masih dilanda kebingungan menatap sekitar, sampai kala tangannya yang ada diatas meja diambil dan digenggam Alister hingga menghantarkan rasa hangat, pria yang tak henti menawarkan senyum padanya sejak keterdiaman Adelaine tadi setelah mendengar jika dia membeli penamaan bintang untuk membuat istrinya merasa istimewa dan di abadikan.
Tapi sepertinya reaksi Adelaine tidak sesuai yang diharapkan Alister, tak apa. Wajah istrinya yang kebingungan menambah kadar kegemasan diwajah itu.
"Ini rencanaku, membuat kita menghabiskan malam dibawah bintang dengan melakukan dinner romantis, kamu menyukainya sayang?" tutur Alister.
Adelaine tak tau harus ber ekspresi seperti apa, "Semua ini---"
"Aku yang telah menyiapkannya, semuanya dari mulai menata kursi dan meja juga membuat makanan untuk kita," sahutnya cepat melirik sekitar.
"Adelaine," Alister memberikan tatapan lekat penuh hangat, menyelami lebih dalam kedua pupil mata Adelaine, "Aku terlambat menyesali semuanya, perlakuan ku padamu, luka yang kutorehkan berkali-kali, aku terlambat."
"Seharusnya aku bisa menangkap perasaan yang kau beri sejak kita masih kecil, tapi bodohnya aku malah mengabaikan semua itu, melupakanmu dan hanya menganggap hubungan kita sekadar teman dekat. Aku beruntung menjadi pria satu-satunya yang kamu cintai, cinta yang tak pernah luput meski lewat jarak dan waktu," imbuhnya kembali, Adelaine hanya diam mendengar semua kata yang diucap oleh bibir Alister.
"Hingga kesetiaan kamu harus dibayar dengan pengkhianatan, bisa-bisanya aku malah jatuh cinta pada sahabat mu hanya karena melihat tatapan teduhnya, membuat mu semakin terluka dengan hubungan kami. Dan insiden itu terjadi, membuat ikatan tali takdir kita kembali bersatu meski lewat cara yang salah, aku merasa insiden yang kita alami malam tersebut sekarang adalah sebuah keberuntungan yang tak habis."
"Karenanya aku bisa menikahimu, memiliki istri yang sangat sempurna, kamu menyadarkan aku saat berkata kita sudah menjadi orang tua yang buruk, memberikan aku tamparan besar atas semua perlakuan ku selama ini sebagai seorang suami dan pemimpin."
"Adelaine," Alister masih setia menggenggam tangan lembut itu, memberikan usapan lewat jari jempolnya, "Maafkan kesalahanku, aku sedang memperbaiki diri agar bisa mendapatkan maaf darimu, aku sangat menyesalinya, seandainya Ayah adalah ilmuan. Aku akan meminta dia untuk membuat pintu kembali ke masalalu, mengulang semua pertemuan kita sejak awal, memelukmu dengan erat kala kita baru dipertemukan setelah sekian lama berpisah, dan mengatakan aku mencintaimu lebih dulu."