02 › dealing accidentally.

250 44 14
                                        

"Kenapa aku?" Lana kurang paham maksud dari perkataan Jialen yang sudah dua kali menjelaskan padanyaㅡKarena sejujurnya pikiran Lana terganggu dan dipenuhi dengan asumsi dari kejadian semalam, "Kenapa bukan kakak saja? I mean, itu agensi tunangan kakak kan?"

Jialen menghela nafas malas, ia duduk di samping Lana yang sedang memakan sarapannya. "Satria melarang kakak, dia tidak suka melihat kakak photoshoot dengan model lain." Jelasnya seadanya.

Pengakuan Jialen seketika membuat tangan Lana berhenti menyuapkan makanan ke dalam mulut, pemuda itu menoleh ke arah sang kakak yang terlihat sekali tidak berdosa. "Lalu, kakak menyuruhku menggantikan kakak.. menyuruhku untuk photoshoot dengan model lain, huh?" Lana langsung mendapatkan anggukan dari Jialen, "Oh God, aku photoshoot dengan model lain? Lalu, bagaimana dengan Antares? Kakak pikir Antares akan menyukai hal itu?"

Nama pemuda blasteran Aussie-Indonesia disebut membuat Jialen mendelik tajam ke arah Lana, "Kamu masih memikirkan dia? Astrama Lana Delnarey, hello? Semalam kamu menangis karena dia, dan sekarang kamu memikirkan pendapat dia?" Decihan sinis disuarakan, "Kenapa harus kamu memikirkan dia? Dia hanya pacarmu, jangan kamu bertingkah tidak profesional karena memikirkan diaㅡ"

"Kak." Tegur Lana sebab tersinggung atas perkataan Jialen, "Aku tidak profesional? Lalu, bagaimana dengan kakak dan kak Satria? Kalian tidak profesional juga, mementingkan hubungan daripada karirㅡ"

Jialen tertawa renyah mendengar perkataan Lana yang belum terselesaikan karena terpotong oleh tawanya, "Jangan bandingkan hubungan kakak dengan hubunganmu, kakak dan Satria sudah bertunangan sedangkan kamu dan Antares baru pacaranㅡYang entah nantinya akan berakhir bersama atau tidak."

Lana melampiaskan kekesalan yang tertahan melalui rematan jemari pada gagang sendok yang masih ia pegang karena tidak kunjung menyuapkan makanan, "Kakak!"

"Ada apa ini?"

Jialen tersenyum simpul mendengar sahutan pertanyaan dari sang Papa yang tiba-tiba datang, "Tidak ada apa-apa, Pa." Tidak mungkin ia mengatakan bahwa dirinya nyaris berdebat dengan Lana perkara hubungan adiknya itu dengan pemuda bernama Antares.

"Makanannya segera dihabiskan," Titah Tuan Delnarey sebelum duduk dan memulai sarapan beliau, "Kalian pasti ada schedule hari ini kan?"

"Iya nih, Pa.." Sahut Jialen tanpa mempedulikan kekesalan Lana, "Papa tidak pergi ke kantor hari ini?"

"Pergi, Papa berangkat agak siang."

Jialen mengangguk paham, sedangkan Lana diam menghabiskan sisa sarapannya dengan perasaan jengkel terhadap sang kakak yang terlihat tidak merasa bersalah, malah santai melahap sarapan.

"Agensiku butuh model pengganti, Pa."

Tuan Delnarey tentu mengetahui karir kedua putranya, "Kenapa? Kamu yang digantikan atau yang menjadi pengganti?"

"Aku awalnya model yang terpilih tapi Satria konyol itu tidak menyetujui itu, sudah mendapatkan ganti tapi sayangnya model pengganti itu juga membatalkan," Jelas Jialen tanpa menatap sang Papa, "Sekarang aku benar-benar membutuhkan model pengganti, aku berpikir jika Lanaㅡ"

"Kak.." Hampir kehilangan kata-kata, Lana tidak menduga jika sang kakak akan membicarakan hal itu kepada sang Papa, "Kok bahas itu ke Papa sih?"

"Kenapa memangnya?" Tuan Delnarey mengrenyit bingung, "Papa sudah terbiasa mendengar masalah seperti itu dari kakak kamu, Lana."

"Jadi, aku pikir Lana bisa cocok untuk menggantikan model sebelumnya di photoshoot kali ini," Tandas Jialen seadanya dengan harapan sang Papa bisa membujuk Lana, "Photoshoot ini hanya untuk majalah bulanan sih, bagimana menurut Papa?"

How to get?Where stories live. Discover now