Maafin buat yang nunggu😭😭 wp aku error terus pliss... Padahal mau up kemaren malam.
°
Tandai kalau ada typo!
________
• Selamat membaca ~•
•
•
Givana melirik pada Dariel yang sedari tadi tak melepas senyum. Apakah itu tidak berlebihan?
"Gara"
"Ya?"
Givana meringis kecil. Bahkan nada bicara lelaki itu terdengar antusias.
"Lo... Gak papa kan?" Tanya Givana hati-hati.
Bukannya menjawab, Dariel malah tertawa.
"Serius deh, lo gak papa?" Tanya Givana ragu.
"Enggak, gue gila. Gue gila!" Pekik Dariel terlampau senang.
"Kalau gitu kita putus aja, gue gak mau pacaran sama-
"Stt.. gue bercanda. Gak akan ada kata putus di sini ti-tik!"
"Pinjem tangan Lo" ujar Dariel.
Givana menaikkan sebelah alisnya "Apa?"
"Tangan"
Walau bingung, Givana tetap mengulurkan tangannya.
Dariel sedikit menarik tangan Givana kemudian mengarahkan pada dadanya. "Kerasa gak?" Tanyanya.
Givana terdiam sejenak. "Lo..
Dariel mengangguk "Kayaknya gue bisa aja jantungan kalau terus sama Lo"
"Berarti kita harus jauhan?"
Dariel menggeleng "Gue suka jantungan yang ini"
Givana mengangguk saja. Kembali menarik tangannya yang sempat di genggam lelaki itu.
Givana melirik jam tangannya. Detik itu juga matanya membulat sempurna.
"SETENGAH SEBELAS?!" Pekiknya kaget.
"Kenapa?"
Givana tak menjawab. Ia segera membuka ponselnya. Sungguh, ternyata banyak telpon yang tidak terjawab.
Pertama dari Aiden. Panggilan tak terjawab darinya berjumlah dua puluh tiga.
Kedua ada Alvaz. Tujuh panggilan.
Dan terakhir dari Aidan. Hanya satu.
Oh ayolah.. haruskah Aidan pelit hanya untuk membuktikan jika dirinya khawatir?
"Kenapa?" Tanya Dariel sekali lagi.
Givana menoleh "Emm... Lo bisa percepat sedikit? Gue lupa kalau gak boleh pulang lewat dari jam sepuluh"

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...