Tandai kalau ada typo!
_____
Selamat membaca ~•
•
•
"Not bad" ucap Givana menilai penampilannya yang terpantul di cermin.
Givana mengambil tasnya yang berada di atas meja kemudian melangkah pergi.
Sesampainya di lantai dasar, Givana berhenti karena tiba-tiba Aidan bersuara.
"Kemana?"
Givana menoleh, menatap pada kedua Abangnya yang sedang asik bersantai. Tadi yang bersuara Aidan, tapi kenapa yang menatapnya Aiden? Aidan bahkan menatap fokus pada tv. Apakah ia salah dengar?
"Keluar" jawabnya.
"Ngapain?" Benar, yang bersuara Aidan, hanya saja lelaki itu berucap tanpa menatapnya.
"Jalan"
"Sama siapa?" Kali ini Aiden yang bersuara.
"Dariel" jawab Givana jujur.
"Ngapain jalan-jalan segala, malam mingguan ceritanya?" Tanya Aiden dengan ekspresi mengejek.
"Iyalah, daripada elo diem aja di rumah, gak takut pantat lo akaran?" Balas Givana.
Aiden mendengus kesal.
"Jangan lewat dari jam setengah sembilan" celetuk Aidan.
Givana mengalihkan tatapannya pada lelaki itu "Ya ampun Kak, ini udah jam setengah delapan" ujar Givana sembari melihat jam tangannya.
Tak ada balasan dari Aidan.
"Jam setengah sepuluh" tawar Givana. Sungguh, kedua Abangnya sedang cosplay menjadi kakak protektif sekarang?
"Gak boleh" balas Aidan.
"Sepuluh pas"
Aidan sontak menoleh "Delapan empat lima"
"Setengah sebelas" balas Givana.
"Jam sembilan"
"Jam sebelas" jawab Givana.
"Ck, jam sepuluh!" Putus Aiden menyela.
"Sepakat" jawab Givana dibarengi senyum manis.
Aidan menatap tajam pada Aiden. Bagaimana bisa kembarannya itu memberikan waktu lama?
"Oke, terimakasih Kakak Ragas tercinta" ucap Givana disusul dengan flying kiss.
Givana segera melangkah pergi. Waktunya terpotong gara-gara acara tawar-menawar ini.
"KENAPA LO BIARIN DIA PULANG SEMALAM ITU?!"
Givana terkekeh kala mendengar teriakan yang pastinya dari Aidan.
•
•
"Hai" sapa Dariel dengan tersenyum simpul.
Givana balas tersenyum "Hai"
Dariel membukakan pintu mobil, mempersilahkan Givana untuk masuk. Dengan senang hati Givana memasukinya.
Setelah menutup pintu, Dariel berjalan memutari mobil, masuk dan menduduki kursi kemudi.
Setelahnya mesin mobil-pun dinyalakan dan langsung melesat pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...