Tetetet~
Tandai kalau ada typo!
____
Selamat membaca~
••
•
Akhirnya acara membuat brownies-pun selesai. Betapa sulitnya membuat brownies bersama Dariel, bahkan Givana merasa kepalanya akan pecah. Lelaki itu tidak bisa diam.
"Buka mulut" titah Dariel. Ia sudah siap dengan sepotong brownies di tangannya.
Givana membuka mulutnya menerima suapan itu. Lidahnya mencoba meresapi brownies abal-abalnya. Sungguh, ini pertama kalinya Givana membuat brownies.
"Enak, manis" nilai Givana.
Dariel menatap Givana dengan bertopang dagu. "Oh ya?"
Givana mengangguk "Coba deh"
"Gak bisa, tangan gue sibuk" alasan Dariel. Dia ingin balik di suapi Givana.
Givana memutar bola matanya malas. Astaga, tangan lelaki itu hanya diam menunmpu.
Kali ini Givana mengerti kode itu. Ia memotong sedikit brownies dan menyodorkannya pada mulut Dariel.
Tapi apa? Lelaki itu tak kunjung membuka mulut.
"Ayo buka mulut, tangan gue pegel" keluh Givana.
Dariel tetap diam. "Gara, jangan nyebelin"
Darie terkekeh pelan kemudian membuka mulutnya menerima suapan dari Givana.
"Iya manis, dari satu sampai sepuluh, lo kasih berapa nilai manisnya?" Tanya Dariel.
Givana berpikir sejenak "Tujuh" jawabnya.
"Kalau gue sepuluh" ujar Dariel tanpa melepas tatapannya dari Givana.
Givana mengangkat alis "Manis, tapi gak manis banget, kenapa sepuluh?"
"Karena gue makannya sambil liatin muka lo, tingkat kemanisannya naik berkali-kali lipat" jawab Dariel.
Givana mendelik "Buaya"
Dariel kembali terkekeh "Salting kek"
"Males" jawab Givana.
Dariel mengubah posisinya menjadi menyandarkan tubuhnya pada sofa di belakang.
Posisi mereka yaitu duduk di karpet di bawah sofa. Dengan meja diantara keduanya.
"Giva"
"Hm" jawab Givana sembari mengunyah brownies.
"Nanti malem gue jemput" ujar Dariel.
Givana mengernyit heran "Ngapain?"
"Malam mingguan, gue mau ajak lo jalan-jalan"
Givana mengangguk saja. Toh, itu tak merugikannya. Daripada bosan di rumah.
"Gue sama Aidan" celetuk Dariel.
Givana mengangkat sebelah alisnya "Hah?"
"Gantengan gue atau jelekan dia?" Tanya Dariel konyol.
Givana tercengang. Apa bedanya?
"Atau" jawab Givana.
Dariel memasang ekspresi tak suka "Atau bukan pilihan"
"Gantengan gue, jelekan dia?" Tanya Dariel sekali lagi, dengan menghilangkan kata 'atau' yang mengganggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...