Manda menatap lantai, lalu pelan-pelan menggeleng. "Gue nggak tahu. Tapi kalau ada satu orang yang bisa nyelametin orang-orang di luar sana sebelum semuanya meledak... itu lo, Lex."
Alexa memejamkan mata, menarik napas panjang. Seketika kepalanya berdenyut. Beban itu sekarang resmi ada di pundaknya.
Manda kembali menatap Alexa, matanya seolah memohon. "Tapi gue juga harus jujur... waktu kita nggak banyak. Pertemuan ini bisa berakhir kapan aja. Jadi gue nggak bisa cerita semuanya sekarang."
Alexa mengernyit lagi, masih mencoba mencerna semua yang baru saja didengarnya.
"Kalau lo mau tahu lebih banyak," lanjut Manda cepat, "Lo harus pergi ke rumah Reesha. Dan satu lagi... ruang rahasia di kelas A-2."
Alexa spontan menatap Manda, alisnya langsung terangkat ketika mendengar nama itu keluar dari mulut Manda. "Reesha?" tanyanya pelan, hampir tidak percaya.
Melihat tatapan heran sekaligus bingung itu, Manda akhirnya mengangguk pelan. "Iya, Lex. Reesha. Kepergian dia bukan cuma karena overdosis narkoba seperti yang lo pikirin selama ini."
Deg.
Jantung Alexa seolah berhenti berdetak sesaat. Apalagi sekarang pikirnya. Selama ini, ia percaya Reesha hanya korban dari pelecehan dan ketergantungan narkoba, sesuatu yang membuatnya hancur secara perlahan. Tapi sekarang, pernyataan Manda seakan membuka kotak Pandora yang selama ini terkunci rapat.
"Reesha adalah target Kirana sejak awal," ucap Manda lirih, namun tegas. "Waktu SMP, mereka memang temenan baik. Tapi itu yang jadi masalah."
Alexa hanya bisa menatap tanpa berkedip.
"Mereka terlalu deket. Sampai Reesha—tanpa sengaja—mulai tahu siapa Kirana. Bahwa Kirana bukan anak biasa. Dia anak dari Tares. Mafia narkoba kelas berat," lanjut Manda.
"Awalnya Reesha diem. Tapi lama-kelamaan, dia nggak bisa pura-pura seolah semua baik-baik aja. Dia mulai resah, mulai nyari tahu lebih dalam. Dan Kirana tahu itu. Dia tahu Reesha mulai jadi ancaman."
Alexa menggeleng pelan, tubuhnya mulai goyah.
"Dan saat itulah... Kirana milih buat 'menyingkirkan' Reesha. Bukan langsung ngebunuh dia, tapi dia buat Reesha 'kelihatan' seperti korban overdosis biasa. Padahal itu semua... udah dirancang," suara Manda pecah di akhir kalimatnya.
"Ruang rahasia di kelas A-2... itu tempat gue nyimpen semua catatan dan bukti. Dari awal gue udah nyiapin hal itu untuk jaga-jaga. Lo harus nyerahin semuanya sebelum—" Manda berhenti, menatap Alexa dalam-dalam. "Sebelum semuanya terlambat."
Mata Alexa berkaca-kaca. Ia memejamkan matanya lebih dalam, denyutan dikepalanya terasa lebih berat. Bahkan kini sebelah tangannya bertumpu pada dinding untuk menjaga tubuhnya agar tetap seimbang. Butuh waktu beberapa detik bagi Alexa untuk bisa bicara lagi. "Lo tahu semua ini... dan lo diem?"
"Gue pengecut, Lex..." bisik Manda. "Tapi lo bukan."
Alexa perlahan mengangguk, meski tubuhnya mulai terasa limbung. Semua informasi yang baru saja ia dapatkan seakan menghantam pikirannya dalam satu waktu. Ia tahu waktunya di ruangan ini sudah habis—detik demi detik terasa semakin berat untuk dilewati.
Ia berbalik dan mulai melangkah menuju pintu, tangannya sempat menyentuh pegangan sebelum ia berhenti sejenak, menunduk dengan napas berat. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Dunia seakan berputar perlahan di sekelilingnya.
Alexa mencoba membuka pintu, namun tubuhnya terasa lebih berat dari biasanya. Suara detak jam semakin keras di telinganya. Kepalanya berdenyut tak tertahankan, seperti ada tekanan dari dalam yang mendesak keluar.
YOU ARE READING
I'm Alexa [End-Tahap Revisi]
Teen Fiction⚠️ BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ - - Belum sampai diambang pintu kantin Alexa kembali berhenti, lalu melepaskan pecahan beling yang menancap pada sepatunya tanpa rasa ngilu. Setelah itu ia melepaskan sepatunya, terlihatlah kaos kaki putihnya y...
Part 65 Alexa or Zahira?
Start from the beginning
![I'm Alexa [End-Tahap Revisi]](https://img.wattpad.com/cover/376930039-64-k717476.jpg)