Part 65 Alexa or Zahira?

Start from the beginning
                                        

Alexa menatap Manda dengan tatapan penuh tanya. "Rencana apa?"

Manda memalingkan wajahnya sejenak, menatap dinding seolah bisa menembusnya dan melihat ke luar sana. "Cepat atau lambat, kelompok Tares—ayahnya Kirana—akan ketemu langsung sama kelompoknya abang lo... Carel dan El juga."

Deg. Alexa langsung merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Lo nyusun pertemuan mereka?"

Manda mengangguk pelan. "Iya. Dan itu bukan pertemuan yang damai. Semuanya udah gue atur. Lokasinya, waktunya, bahkan celah-celah konflik yang bisa meledak kapan aja. Tapi itu semua sebelum... sebelum gue nyerah. Sebelum semua ini."

"Lo nyusun buat nyeret mereka ke perang terbuka?" suara Alexa meninggi, matanya tak percaya.

Manda menundukkan kepalanya dalam. "Lo tahu kalo lo itu awalnya adalah target gue, Lex. Gue selalu benci apapun itu yang berkaitan dengan lo. Keluarga lo, anak-anak Black Oscura, bahkan sekarang kelompoknya Carel. Awalnya... awalnya gue pengen kalian semua hancur, makanya gue nekat kerjasama sama Kirana," ucap Manda pelan, mengakui semua perbuatannya. Dan entah kenapa pengakuan itu terdengar lebih seperti pengakuan dosa baginya.

Alexa membuang napas kasar, menyugar rambutnya, matanya terpejam mendengar pengakuan Manda yang lagi-lagi membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Sesekali ia mengurut pelipisnya dan berjalan mondar-mandir dengan gusar.

Manda bersimpuh di lantai. "Tapi sekarang semuanya udah di luar kendali gue. Gue pikir, dengan ada di sini... semua itu bakal berhenti. Tapi gue salah, Lex. Rencana itu udah jalan, dan gue nggak bisa nahan apa-apa lagi dari dalam sel ini."

Alexa menghentikan langkahnya, menatap Manda frustasi. "Terus lo pengen gue ngapain?"

Manda mendongak menatap Alexa, matanya masih sembab tapi kini tampak lebih tegas. "Lo harus hentikan perang itu, Lex," ucapnya mantap.

Alexa mengernyit, "Gimana caranya gue—"

"Apapun caranya!" potong Manda cepat, nadanya mendesak. "Gue tahu itu mungkin kedengeran gila, dan lo pasti mikir kenapa harus lo yang turun tangan. Tapi kalo sampe perang itu pecah... nggak akan ada yang menang, Lex. Nggak lo, nggak Carel, nggak El... semuanya bakal hancur."

Alexa menggigit bibirnya. Ia tahu Manda tidak sedang membesar-besarkan. Semua ini sudah terlalu rumit, terlalu dalam untuk diselesaikan hanya dengan bicara.

Manda melanjutkan, nadanya lebih pelan, "Bahkan... kalau bisa, gue pengen Tares ditangkap. Gue pengen dia berhenti, Lex. Tapi gue juga tahu, itu bukan hal yang bisa dilakuin dengan mudah."

"Tares itu—" Manda menghela napas berat. "Dia bukan cuma gembong narkoba biasa. Dia mafia. Terlalu banyak orang kuat yang berdiri di belakang dia. Dia dilindungi. Satu-satunya cara buat jatuhin dia... cuma kalau para petinggi kepolisian langsung turun tangan."

Alexa mengepalkan tangannya. "Dan lo tahu itu nggak bakal terjadi dalam semalam."

Manda mengangguk. "Iya. Tapi bahkan kalaupun mereka ikut campur, itu masih belum cukup. Markas, gudang, tempat persembunyian, atau apapun itu yang bisa jadi bukti... harus ditemukan. Harus ada yang bisa dikasih ke tangan hukum, biar kasus ini bisa naik."

"Kalau nggak?" tanya Alexa, meski ia sudah bisa menebak jawabannya.

"Kalau nggak," Manda menatap mata Alexa dalam-dalam, "Mereka bakal tutup mulut. Semua. Bahkan lebih milih mati daripada ngakuin apa yang udah mereka lakuin. Tares dan anak buahnya itu... mereka udah terlalu jauh masuk ke dunia gelap. Mereka lebih takut semua rahasia mereka kebongkar, daripada nyawa mereka sendiri hilang."

Keduanya terdiam. Hanya desahan napas dan detak jam di ruang tahanan itu yang terdengar.

"Apa masih ada waktu?" tanya Alexa lirih, seakan bicara pada dirinya sendiri.

I'm Alexa [End-Tahap Revisi]Where stories live. Discover now