Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Klandestin chapter 10 (Heart Flower)
"Laine! Adelaine kamu dimana?!"
Teriakan briton Alister yang kalang kabut mengisi semua penjuru Mansion denga derap langkah cepat dan keringat sebiji jagung yang memenuhi pelipisnya, ia begitu kalang kabut mancari jejak menghilangnya Adelaine bahkan berharap penuh dalam hati jika istrinya telah pulang ke Mansion mereka malam ini.
Alister tak berhenti, terus berteriak mengundang rasa kaget para maid yang masih bertugas shift malam, sampai ke lantai dua.
"Adelaine! Adel--!"
"Tuan ssstttt," seorang Maid baru saja keluar dari kamar Atlas lalu memperingati Tuannya agar tidak berisik, "Nyonya dan Tuan Muda sudah tidur, lihat."
Alister mendekat, dan kala pintu itu dibuka terpampang pemandangan menghangatkan jiwa dimana Adelaine tengah tertidur lelap memeluk tubuh Atlas dalam pelukannya, beberapa mainan masih berserakan menandakan keduanya sempat bermain sebentar.
"Saya belum sempat membersihkan barang-barang di ruangan ini karena mendengar teriakan Tuan yang terdengar sampai ke rooftop Mansion," ucapnya mengulas senyum.
"Tinggalkan tempat ini."
"Baik Tuan Muda," tau Tuannya butuh waktu berdua bersama sang Nyonya ia dengan patuh pergi tanpa bantahan lagi.
Perlahan kaki dibalut pantofel hitam itu terayun mendekati tepi peraduan, ia duduk di sisinya dengan tangan menyingkirkan helai rambut yang menghalangi wajah cantik Adelaine.
"Maafkan aku, maaf telah melukaimu kembali sayang," sesal Alister membelai pipi lembut itu, "Semuanya salahku."
Dia mengecup pelipis istrinya dengan lembut, beralih menaikan selimut sampai batas perut putranya yang tidur terlentang dengan mulut terbuka kecil mengalirkan sesuatu dari sudut bibir mungil dan pink alami nya.
Jemari Alister terulur mengusap daerah itu namun seketika tersadar sesuatu yang aneh, cairan berwarna putih ini bukan iler melainkan berbau susu, tunggu.
Bau susu yang berbeda bahkan ia tidak ingat Maid menyimpan stok susu dalam lemari pagi tadi karena tau Atlas tidak suka susu kemasan kotak maupun yang tinggal seduh, tatapannya beralih pada Adelaine---pada dadanya yang terlihat meloloskan satu kancing dari piyama yang dikenakan.
"Apa, apakah Adelaine yang memberikan asi untuk Atlas?" gumam Alister entah mengapa sesuatu membuncah dalam hatinya, "Istriku mengeluarkan air susu?"
Apa ini, perasaan senang begitu memenuhi perut Alister sampai membuat nya menggigit pipi bagian dalam, ia merendahkan tubuh mengecup pelipis dan pipi Atlas.
"Daddy pinjam Mommy mu malam ini," bisiknya rupanya membuat alis Atlas berkerut dalam mimpi, "Maaf, tidak ada penolakan sebab Mommy mu adalah istriku, aku yang lebih berhak."