Part 32. Berbagi Video

25.9K 166 14
                                        

"Jadi gimana awal mulanya ibu bisa deket sama pak kepsek sampe punya hubungan khusus kayak gitu?" Tristan bertanya saat situasi sudah mulai terkendali dan Inaya pun sudah berhenti menangis.

"Tapi janji, ya! Kamu jangan cerita ke siapa-siapa."

"Ish, gak percaya amat sama aku, Bu. Buktinya sampe sekarang aman-aman aja, kan? Padahal sih aku udah pernah ngintip ibu lagi anuan sama pak Rahmat."

Inaya melotot. Mata yang memerah karena habis menangis pun tampak lebih jelas. "Kamu ngintip dimana? Dasar tukang ngintip!"

"Ye, siapa suruh ena-ena di ruang kepala sekolah. Kalian gak sadar, kan kalo gorden jendelanya agak nyingkap sedikit. Lah, kebetulan aku lewat ada suara samar-samar ah-oh, gitu. Ya saya penasaran dong, Bu."

"Hah?! Emang kedengeran dari luar?" Tiba-tiba Inaya merasa panik. Apakah kelakuannya diketahui oleh orang lain selain Tristan?

"Ya kedengeran lah, Bu. Aku kan pendengarannya tajam, apalagi kalo soal gituan udah familiar banget." Tristan terkekeh geli melihat Inaya tampak pucat.

"Udah lah, Bu. Udah lewat ini kejadiannya. Tadi katanya mau cerita gimana awal mula ibu bisa punya hubungan gelap sama pak Rahmat."

Sejenak Inaya menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang mendengarkan percakapan mereka. Ia pun tak tahu kenapa dirinya mau bercerita tentang hal yang sangat pribadi itu.

Inaya pun menceritakannya dengan sedetail mungkin, termasuk saat foto dan rekaman video di ponselnya tadi diambil.

Mereka berpindah ke spot tempat di dekat jendela. Jadi aman dari lalu lalang orang yang melintas. Karena penasaran, mereka malah nobar AV dengan artis ibu gurunya sendiri.

Awalnya memang Inaya sangat malu karena foto dan video mesum dirinya ditonton oleh muridnya sendiri. Seorang guru yang seharusnya mencontohkan hal-hal yang baik justru menjadi sosok nakal yang begitu binal.

Tapi melihat ekspresi wajah Tristan yang begitu takjub dengan bentuk tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun membuatnya antusias dan berdebar-debar.

"Tan, jangan dizoom gitu!" Inaya menutupi layar ponselnya saat area payudaranya yang menempel di dada pak Rahmat diperbesar. Dia merasa malu area miliknya dieksplor begitu bebas.

"Ih, jangan ganggu, Bu! Lagi serius, nih liatnya!" Tristan menyingkirkan tangan Inaya dari layar ponsel.

Inaya tidak lagi protes. Kini tangan kanannya merangkul pundak Tristan dengan dagu yang disandarkan di atas bahu lelaki itu.

"Ini foto pertama, awalnya ibu cuma iseng doang pose di depan cermin, eh pak Rahmat dateng sambil bawa hp. Diajakin foto sama-sama, deh. Awalnya ibu risih banget soalnya baru pertama kali, eh tapi kok lama-lama kaya ada sensasi gimana, gitu."

"Sudah pro ternyata ibu guru, nih," celetuk Tristan yang dihadiahi geplakan di area punggungnya.

"Kalo yang ini pas kapan, Bu?" tanya Tristan lagi setelah menggulir beberapa kali muncul Inaya yang sedang berada di dalam kamar masih dengan keadaan telanjang bulat.

"Itu masih di tempat yang sama, kok. Habis foto pak Rahmat malah ngajakin lagi."

"Jadi ibu sama pak Rahmat gituan di ruang tengah?" Pertanyaan Tristan dijawab dengan anggukan malu-malu oleh Inaya.

Tristan lalu memencet tombol play di hp itu. "Kecilin volumenya!" pekik Inaya yang panik karena suara rekaman itu tiba-tiba muncul begitu keras.

"Hehehe..." Tristan hanya terkekeh melihat kepanikan ibu gurunya itu. Inaya tengak-tengok melihat ke arah sekitar. Aman meskipun ada beberapa orang yang reflek melihat ke arah mereka.

Kisah Lendir Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang