Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Klandestin 01 [Aurora to Adelaine]
Kegelapan yang mendera penglihatannya berangsur-angsur menghilang tatkala kedua kelompak mata itu terbuka, membuat gerakan samar antara bulu mata yang bergetar, jemari kelingking yang terangkat, dan kerutan halus diatas pelipis.
Bagai orang linglung, Aurora menyipitkan mata melirik suasana sekitar kamar yang tengah dihuni nya, kenapa terlihat berbeda? Apa dia baru saja merenov ulang semua hal termasuk cat kamarnya yang kini berwarna putih gading?
Sangat membosankan.
Jam dinding yang bergerak mengisi suara di keheningan ini, perlahan Aurora coba bangkit mengubah posisi.
"A--apa yang terjadi?" monolog nya memijat pangkal hidung.
"Bukankah harusnya aku sudah mati karena tindakan sialan Adrian, aku baru saja ditembak olehnya, oh. Sekarang, apa media sudah menangkap orang itu? Dia tidak boleh bebas setelah melakukan aksi pembunuhan padaku," cerocos Aurora tanpa henti.
Sekarang karena dirinya masih bisa selamat dan hidup ia akan mengumumkan sendiri pelaku dari penembakan itu adalah Adrian pada khalayak ditengah isu buruk tentang dirinya yang menyebar oleh perbuatan pria itu.
"Sekarang lihat siapa yang akan hancur Adrian," senyum miring Aurora.
Tapi.
Aurora baru menyadari, tidak ada rasa sakit yang ditimbulkan oleh tubuhnya, ia bangun dalam keadaan segar bugar seolah tidak pernah mendapatkan tembakan tersebut, bahkan Aurora pegang sendiri dadanya.
"Tidak ada bekas tembakan?" gumam Aurora bertanya-tanya, "Dimana Nerina?"
Aurora masih dilanda kebingungan, ia menyapu sekitar dan menyadari ruang kamar ini begitu luas juga besar, sebesar ruang tamunya, semua hiasan dinding terlihat mewah begitupun lampu kristal yang tergantung diatas langit-langit.
"Tunggu, ini semua. Ini bukan kamarku?! Dimana aku?!" panik, Aurora turun memijaki lantai mamer dengan kaki telanjangnya, "Iya aku yakin ini bukan kamarku."
Aurora berkeliling, membuka-buka lemari pakaian, kamar mandi dan juga laci dibawah meja rias sampai kala mengangkat pandangannya ke atas cermin yang tersedia tubuh Aurora tertegun.
Ia menyampirkan helaian rambut coklat yang bukan miliknya kebelakang telinga, gerakan yang sama dilakukan orang di cermin, Aurora baru saja melihat wajah perempuan cantik serta make-up tebal yang terlihat seperti seorang antagonis dalam cerita putri salju.
"What? Wajah siapa yang aku lihat ini? Tidak ini bukan wajahku wajahku tidak seperti ini!" Aurora sampai mundur beberapa langkah dengan menutup mulut syok.
Gadis ini sudah memiliki kulit putih pucat untuk apa ditambah dengan foundation putih lagi? Sekarang tampilannya seperti hantu dimata Aurora, belum lagi lipstik yang tidak sesuai, memaksa bibir tipis dan mungilnya untuk terlihat besar dan seksi dipandang.