“Udah cuci kaki?”
Zeze yang kini tengah menadah air di water dispenser menoleh. Setelah Gavin meletakkan rangsel miliknya dan koper mini milik Zeze di ruang keluarga, pria itu mendatanginya di dapur. Memutar pelan tubuh Zeze agar menghadapnya di saat gadis itu sedang meminum beberapa tegukan.
“Aku abis ini mandi kok, Mas.” Zeze mengusap sisa air di bibirnya.
Gavin menarik tangan Zeze usai gadis itu meletakkan gelas di kitchen sink. “Sini, dibersihin dulu.”
“Kenapa?” Bukannya mendekat, Zeze malah berjengit menjauh dengan kedua alis yang tampak menyatu.
“Sebentar.” Tatap Gavin terlihat tenang.
Tapi Zeze lah yang tidak tenang. “Mas jangan nakutin.” Zeze mengernyit. Ia masih menahan tarikan Gavin pada lengannya.
“Nggak, justru aku mau bersihin ini.” Gavin mendekat. Menjumput sehelai benang yang terjuntai di sweater rajut pundak Zeze.
Melihat apa yang dimaksud suaminya, ia jadi tampak lega. “Ah… aku kira apaan!”
Tapi bukannya menyingkir, Gavin malah melingkari tubuh Zeze hingga gadis itu terpentok kitchen sink. Lalu tangan Gavin terasa bergerak di punggungnya.
Seketika Zeze terkesiap. Dirinya benar-benar ada yang menempeli?
Beberapa saat tangan Gavin terasa seperti menghembuskan angin di punggungnya. Badannya perlahan merinding. Ada hangat yang menjalar dengan pelan. Lalu tiba-tiba berubah dingin.
Ia ingin mendongak melihat wajah serius Gavin, tapi pria itu menahannya. Sebab tangan itu kini mendekapnya dan dagu pria itu bersandar di sisi rambut Zeze.
“Ze, dengar, tapi jangan takut.”
Zeze mendelik waspada. Tangannya merambat di punggung Gavin sebagai pegangan.
"Apa?" suaranya ragu.
"Tubuh seseorang yang baru lepas dari sihir, ataupun suatu entitas, energinya akan meninggalkan bekas. Sehingga rentan membuat makhluk lain tertarik," jelasnya.
“Mas… plis jangan nakutin dong," rengek Zeze semakin meremas kaus di punggung Gavin.
Gavin sedikit menjauh untuk menunduk. “Makanya setiap masuk rumah, biasakan selalu cuci kaki dan cuci tangan dulu."
“Kenapa begitu?”
“Untuk pembersihan diri. Melunturkan energi negatif dari luar. Air yang bersih mengandung energi positif, Ze. Secara filosofis pun, hal-hal negatif bisa luntur bersama dengan aliran air.”
Gavin kemudian menjauh. Pria itu bersandar pada meja bar dan bersedekap. Tampan sekali posenya.
“Kamu tahu kenapa orang zaman dulu sering meletakkan bejana berisi air di depan rumah?"
Zeze menggeleng. Gantian dirinya kini yang mendekat pada Gavin. Sebab rasa takut itu masih ada.
"Itu digunakan untuk membersihkan diri dari kotoran debu ataupun sesuatu yang tidak kasat mata biar nggak kebawa masuk." Gavin mengacak rambut Zeze. “Mulai sekarang, dibiasakan," pinta Gavin pelan.
Zeze lantas mengangguk. Penjelasan itu masuk di kepalanya. “Kalau gitu, aku mau cuci kaki dulu.” Ia melangkah menuju kamar mandi tamu. Namun belum sampai Zeze masuk, gadis itu terdiam di depan pintu dan menoleh. “Mas, boleh tungguin aku nggak? Aku takut.”
Tentu saja Gavin sigap menemaninya. Ia juga ikut membasuh kaki dan tangan bersama Zeze. Serta membantu mengusapnya dengan sabun—satu dari sekian hal yang berhasil membuat dada Zeze kembali menghangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE NIGHT BETWEEN US
HorrorBagaimana seandainya tahun ini adalah giliranmu menjadi tumbal pesugihan ayah kandungmu sendiri? "Sudah tiba waktunya sang iblis menagih darah perawan keturunan bapakmu. Satu-satunya cara agar adikmu bisa selamat, nikahkan dia." -Hartati Mayangkusum...