Kalo cerita ini diterbitkan, ada yang mau beli?
•
Bastian menaikkan satu alis. "Apa tadi?" tanyanya disertai nada jenaka. Hangat, tenang, dan mendebarkan ketika anak ke-empatnya memanggil dirinya ayah barusan.
Bastian suka ini. Tanpa perintah perasaan candu berdebar dalam hatinya.
"Aku mau strawberry with chocolate!" Raka menekan kalimatnya agar Bastian bisa mendengar lebih jelas.
"Bukan. Bukan itu. Coba ulangi semua kalimat yang pertama," pinta Bastian menggelengkan kepalanya.
Raka memiringkan kepala. Dahinya mengernyit sedikit. "Uh?" Anak itu bingung.
Bastian terkekeh geli. Ia sapu wajah Raka dengan tangan kanannya. "Coba panggil Ayah."
Raka terdiam sejenak. "Bastian," panggilnya menggunakan nama.
Bastian melotot. Ia sentil pelan dahi Raka. "Anak Ayah ini berani, ya."
Raka mendengus sembari mengusap-usap dahinya. Bibirnya tanpa sadar mengerucut. Ayahnya itu kenapa, sih? Tadi kan disuruh panggil. Raka tidak salah, kok.
"Tadi disuruh panggil, tuh," ujar anak itu memalingkan muka.
Bastian menghela napas. Ternyata anaknya salah paham. "Bukan pakai nama, Raka. Panggil dengan sebutan 'Ayah'."
Oh, begitu. Tanpa rasa bersalah, Raka manggut-manggut saja.
"Ayah.." lirih anak itu memanggil. Bastian sudah terdiam di tempat, semerbak perasaan senang menguap dalam hatinya.
"... jelek," lanjut Raka. Dengan entengnya dia tersenyum dimple.
Wajah Bastian seketika datar.
•••
Ternyata enak, loh, makan buah strawberry dikombinasikan dengan coklat. Raka saja sampai habis beberapa biji. Manis, asam, segar - bercampur dalam mulutnya. Ah, tidak salah dia minta ini pada Bastian.
Anak itu anteng duduk di kursi makan dengan kaki yang mengayun-ayunkan. Di sampingnya ada Kay - tengah menyusun lego di atas meja. Sepertinya si bungsu itu pecinta lego.
"Kay mau coba?" tawar Raka menyodorkan satu buah strawberry yang telah dilumuri coklat di depan mulut sang Adik.
Kay membuka mulut dan menerima suapan dari Kakaknya tanpa menoleh. Dia sedang sibuk menyusun sebuah rumah. Fokus banget, hingga tidak sadar kalau Raka tak sengaja menumpahkan coklat di mangkuk dan mengotori meja. Bahkan di mulut sang Kakak sudah kotor akibat coklat.
Raka bangkit dari kursi. Meninggalkan kekacauan dengan Kay sendirian di sana.
Anak itu melangkah ke atas, tepatnya menjenguk Ivan di kamar yang masih terbaring di kasur. Kakaknya itu lama sekali sakit, padahal Raka mau minta tolong ngerjain tugas sekolah. Kalau bukan Ivan, Raka tidak tahu lagi siapa yang mau bantu.
Namun, entah kebetulan atau ketidakberuntungan yang Raka dapatkan sekarang. Dia malah bertemu Athan yang baru saja keluar dari kamar Ivan.
Apa yang dilakukannya? Mencuri barang-barang Ivan?! Wah, tidak bisa dibiarkan. Raka saja belum mengambil apapun dari Ivan.
"Raka?" Athan menyebut namanya.
Sementara Raka menatap datar dengan sedikit kerutan sinis dari bibir yang masih tersisa coklat. "Ngapain?" tanya Raka cepat.
Athan terdiam sejenak. "Cuma jenguk Ivan."
Oh, cuma menjenguk toh. Raka kira mau maling. Inget, Raka cuma mengira bukan menuduh ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Alandra (The End)
Teen Fiction"Dengan cara apa lagi agar aku bisa mendapatkan kasih sayang?" Namun... "Ya Tuhan! Terima kasih sudah mengulang masa laluku, sekarang aku tidak akan bersikap seperti dulu lagi. Aku tidak mau mati muda!