S E K E T E N E M {END}✧

29.1K 1.6K 180
                                    


HAPPY READING CINTAAHH

ENJOYYYY

~~~~~~*~~~~~~

2 tahun telah berlalu..

Di sebuah taman di keluarga Adtmajaya sedang ramai oleh para anak-anak yang bermain ayunan atau berlarian kesana-kemari.

"Hayooo, Byan mau lari kemana?"

Gelak tawa seorang balita laki-laki mengundang tawa para orangtua di sana, tubuh gemuk nya berjalan ke sana-kemari saat di belakangnya terdapat om nya sedang mengejarnya.

Masih belum lihai berjalan membuat balita menggemaskan itu sangat lucu.

Tubuhnya sering tak seimbang saat berjalan membuatnya kerap jatuh tapi tak menangis, malah tertawa terbahak-bahak.

"Bimo, ponakannya jangan dijahilin terus toh." Tegur juragan Jaya yang duduk bersama besannya.

Para perempuan sedang sibuk di dapur, menyiapkan sajian untuk piknik pagi ini.

Piknik keluarga kali ini lebih ramai, karena dari anak-anak ketambahan personil.

"Byan, sini sama mbah."

Kaki gembul terbungkus sepatu mungil itu menuju kakeknya dari pihak mamah.

Di sampingnya juga terdapat neneknya yang tengah mengandung, tersenyum lembut kearahnya.

"Gemes banget."

Cup!

"Mamama.."

"Nyari mamah? Mamah lagi di dapur sama Mbah uti."

"Byan mau apel?" Tanya kakek dari pihak papah.

Byan duduk di pangkuan Wisnu sambil asik memakan buah apel yang sudah terpotong kecil-kecil.

"Enak?"

Kepala mungil itu mengangguk lucu, juragan Jaya menciumi gemas pipi chubby cucu lelakinya.

"Kalau mau tambah, bilang sama mbah."

~~~~~*~~~~~

Sedangkan di ruang dapur.

Dua wanita berbeda usia sedang sibuk dengan bagian masing-masing.

Mamah Saras dan Cahaya.

Ada yang menggoreng tahu, ada juga yang berdiri di pantry menyiapkan buah-buahan untuk membuat es buah segar.

Namun yang menjadi pusat perhatian dari dua wanita itu, salah satunya ketempelan sesuatu bertubuh tinggi gagah berwajah tampan.

Bahkan sangat tampan! Jadi kalian jangan berasumsi bahwa itu adalah makhluk halus ya:)

"Maas, sana dulu ih."

"Ndak mau." Wajahnya merangsek, bergerak manja di ceruk leher.

"Duduk aja deh di situ. Jangan gelendotin di belakang gini, berat."

Tak menghiraukan keluhan sang istri, suaminya masih nyaman anteng memeluk dari belakang.

Kepalanya kini di sandarkan di bahu mungil istrinya.

"Adi, wes toh leh. Kamu kih, dari tadi gangguin Cahaya mulu."

"Ganggu gimana toh mah, ndak masalah toh, sama istri sendiri ini."

Mamah Saras berdecak sambil menggoreng tahu di penggorengan.

Wajahnya sewot menoleh kebelakang, putranya seperti koala begitu, nemplok di belakang menantunya.

Istri kecil Tuan muda Adtmajaya {21+} END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang