Tandai kalau ada typo!
________
|Happy reading|•
•
•
~
Mata Givana memandang lurus pada seseorang di seberangnya. Maven? Jadi dia benar-benar menginap?
Huh, apakah Brian menyukainya?
Hahahaha
Tawa itu mengudara. Tawa yang keluar dari mulut Aiden.
"Rades, mata lo kenapa? Di sengat lebah dadakan?" Ejek Aiden.
Mendengar ucapan Aiden, sontak seluruh mata beralih pada Givana untuk melihat. Benar, matanya terlihat sembab.
Givana mendengus "Di ludahin setan" sarkasnya.
Aiden kembali tertawa "Pantesan jadi segede gajah gitu, emang setannya lo apain sampe di ludahin segala?" Tanya Aiden meladeni candaan yang Givana katakan.
"Tanya aja sama diri lo sendiri" jawab Givana dengan sedikit memakan rotinya.
"Gue? Kok gu- JADI MAKSUD LO GUE SETAN?!" Seru Aiden kala menyadari maksud dari ucapan Givana.
"Ck! Brisik Den, lagi makan juga" komen Aidan dengan kesalnya.
Aiden menoleh pada sang kembaran "Kayak lo gak pernah aja!" Balasnya tak terima.
Aidan memilih tak menjawab. Sudah tau pasti jika menjawab kelanjutannya akan bagaimana.
Selanjutnya tidak ada obrolan lagi. Hanya ada suara alat makan yang saling bersahutan.
•
•
Brian bilang, Givana berangkat bersama Maven saja. Alasannya, mereka harus lebih dekat, katanya.
Tentu saja Givana menolak, tapi apalah daya. Brian yang tidak ingin di bantah itu tetaplah memaksa.
Sampai pada akhirnya Givana disini, terduduk di kursi mobil milik seorang Maveno Dargael.
"Lo emang sedekat itu sama Aiden?" Tanya Maven mencairkan suasana.
"Deket? Emang kelihatannya deket ya?" Tanya balik Givana.
"Hm" balas Maven singkat.
"Pengen tau aja" jawab Maven.
"Em.. lumayan sih, tapi gak terlalu deket juga" ujar Givana.
Maven mengangguk sekilas "Oh"
"Emang kenapa?" Givana menatap Maven.
Lelaki itu termenung. Apa jawaban yang pas untuk di berikan? "Mau tau aja"
Mendapat ekspresi serius yang ada di wajah Maven membuat Givana sedikit tak percaya dengan jawabannya.
"Mata lo bengkak, gak di obatin dulu?" Tanya Maven.
Givana menaikkan sebelah alisnya "Emang bengkak banget?"
Maven menggeleng kecil "Enggak"
"Yaudah, nanti juga biasa lagi"

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...