Tandai kalau ada typo!
_________
|Happy reading|•
•
~
Hari ini Givana sudah di perbolehkan ikut sarapan bersama oleh Brian. Dan gadis itu sudah siap dengan posisinya di meja makan.
"Kamu ini memang biasa telat ya? Ini udah siang loh" ucap Lauren.
Sembari memakan rotinya, Givana menoleh. "Makasih perhatiannya" balas Givana.
Lauren tersenyum sinis "Siapa yang ngasih perhatian? Saya menegur kamu, siapa yang mau nama keluarganya tercoret karena kelakuan salah satu anggotanya yang tidak disiplin" ujar Lauren.
"Yaelah, bilang aja salah satu anaknya" batin Givana menggerutu.
Givana meneguk segelas susunya hingga kandas.
Citt
Suara decitan kursi ketika Givana beranjak. Ia menatap Lauren "Tante" panggilnya.
Lauren menoleh "Apa?" Tanyanya tak suka.
Givana menunjuk wajahnya sendiri "Di muka tante" ucapnya.
Lauren mengernyit bingung. Ia ikut menyentuh wajahnya sendiri.
"Ada apa?" Tanyanya panik.
Givana tersenyum penuh arti "Ada tai" setelah berucap demikian, Givana berjalan meninggalkan meja makan dengan cepat.
Tawanya meledak ketika posisinya sudah lumayan jauh.
"SIALAN! GIVANA!!" Teriakan Lauren menggema di pagi hari ini.
•
•Givana menoleh sekilas ketika Dariel memanggilnya. Hari ini, lelaki itu kembali ke tempat duduknya semula, di sebelahnya.
"Gue minta maaf" ujar Dariel.
"Hm" balas Givana.
"Sadar juga nih cowok gila" batin Givana memaki.
"Yang jelas" tegur Dariel.
Givana memutar bola mata jengah. Givana kembali menoleh dengan menampilkan senyum manis, yang di paksakan. "Gue maafin kesalahan lo"
Dariel hendak menjawab tetapi Givana kembali berucap "Tapi---"
"Apa?" Tanya Dariel.
"Tapi gue gak mau lo ngulangin lagi. Gue gak mau lo ikut campur urusan gue, apalagi ngatur hidup gue." Tekan Givana.
Dariel terdiam sejenak "Gak janji" jawabnya.
Givana mengangguk malas "Okay, tapi harus tetep berusaha"
"Ya" balas Dariel diakhiri dengan tersenyum simpul.
Dariel membenci Givana yang selalu melarangnya. Givana seolah-olah menolak keras jika mereka kembali dekat.
Dariel kurang suka dengan Givana yang baru terbangun dari komanya dan amnesia.
Ia sedikit ragu untuk tetap mencintai gadis ini. Ia takut berujung sakit hati, apalagi melihatnya pulang bersama Maven beberapa hari lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...