19

15.7K 2K 163
                                        

Halo halo apa kabar?

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

###

Vyan membuka matanya ketika cahaya samar terlihat dari gorden yang menutupi kamarnya. Hari belum sepenuhnya cerah, tapi Vyan terbiasa bangun pagi. Ia tidak memerlukan alarm, karena tubuhnya sendiri akan bangun secara alami. Setelah duduk untuk mengumpulkan kesadarannya, Vyan bangkit untuk menuju kamar mandi. Tapi baru beberapa langkah, Vyan merasakan pandanganya menjadi gelap hingga tubuhnya limbung.

BRUGH!

Vyan menopang tangannya pada meja di samping tempat tidur. Tapi keningnya sudah lebih dulu memukul pinggiran meja. Detak jantungnya berdebar karena terkejut, rasa sesak memenuhi rongga dada Vyan sebelum kembali tenang. Ia menghirup napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.

Seiring berjalannya waktu, Vyan sudah bisa beradaptasi dengan tubuhnya yang istimewa. Ia bisa mengatasi lonjakan detak jantungnya dengan baik. Karena sebenarnya, Vyan adalah orang yang sangat tenang dan tidak mudah terkejut. Jadi, dengan mudah Vyan bisa menstabilkan detak jantungnya untuk kembali normal. Karena menurutnya, akan merepotkan jika ia harus sering kambuh. Langkah terbaik adalah membiasakan diri dengan jantungnya yang istimewa.

[Tuan! Apakah Anda baik-baik saja?]

[Aku, baik.]

[Saya khawatir. Sebaiknya Tuan memeriksanya untuk mendapatkan perawatan. Kesehatan yang utama!]

[Ini bukan sesuatu yang perlu dilebihkan-lebihkan.]

Setelahnya, Vyan kembali melanjutkan langkahnya ke dalam kamar mandi. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Lewat pantulan kaca, Vyan bisa melihat memar yang cukup besar di kening sebelah kirinya. Karena kulit Vyan yang putih pucat, memar itu terlihat sangat mencolok dan terlihat mengerikan. Tapi sang empu hanya melihat sekilas, mengabaikan memar yang ada di kening begitu saja. Seolah tidak merasakan sakit sama sekali.

***

Setelah duduk, Vyan merasakan tatapan semua keluarganya begitu menusuk hingga membuatnya tidak bisa mengabaikannya sama sekali.

Violet memalingkan wajah putranya ke arahnya. Ekspresinya berubah cemas seketika. "Sayang, ada apa denganmu? Kenapa ada memar di sini?"

Seorang pelayan dengan cepat membawakan kotak obat untuk diserahkan pada sang Nyonya.

Violet menerima kotak itu dan segera segera membukanya.

"Vyan, ada apa? Bukankah semalam baik-baik saja?" tanya Ghoza, dahinya mengernyit tidak suka melihat lebam di kening adiknya.

Yang lain ingin bertanya tapi pertanyaan mereka sudah diwakilkan oleh Ghoza.

"Vyan tidak sengaja jatuh, lalu terbentur." Vyan menyentuh keningnya tapi tindakannya itu segera dihentikan oleh sang ibu.

"Astaga! Lain kali, berhati-hati, ya, sayang." Gerakan tangan Violet yang sedang  mengoles obat terhenti sesaat. "Pasti sakit, kan?"

"Kita perlu pergi ke rumah sakit, sekarang!" Zelig langsung mengusulkan untuk pergi ke rumah sakit.

"Siapkan mobil secepatnya!"

Vyan "..."

Ini hanya lebam, perlukah ke rumah sakit?

Xulio juga menyetujui usulan sang adik.

Vyan menyela ucapan sang ayah, "Tidak, ini hanya luka kecil. Tidak perlu ke rumah sakit."

"Tapi, sayang...."

"Ma, Vyan tidak apa-apa."

Setelah beberapa perdebatan, akhirnya Vyan menang. Atau lebih tepatnya, semuanya mengalah demi Vyan. Mereka tidak ingin menekan Vyan dan tidak ingin memaksakan.

Suddenly!: Another NPC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang