Tandai kalau ada typo!
|Happy reading|
•
•
•
~
Hari minggu ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh kebanyakan orang. Salah satunya Givana.
Gadis itu tengah bermalas-malasan dengan rebahan di kasur empuknya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, tapi Givana masih bermanja menggulung dirinya dengan selimut.
Ceklek
"Givana?"
Alvaz. Lelaki itu sudah rapih dengan pakaian casual-nya.
"Hmm" sahut Givana dengan bergumam.
"Udah siang, gak mau bangun?" Tanya Alvaz.
"Enggak" jawab Givana malas. Ck, menganggu saja, pikirnya.
"Bangun, mau jalan-jalan gak?" Tanya Alvaz.
"Kemana?" Kali ini Givana membuka matanya.
"Kemana aja" jawab Alvaz.
Givana langsung semangat "Ayo! Tunggu dua puluh menit!"
Alvaz mengangguk "Oke, gue tunggu di bawah"
Setelahnya Alvaz kembali keluar dan pergi.
•
•
Setelah sekian lama bertukar kata terserah, akhirnya Givana memutuskan untuk pergi ke mall saja.
"Berat ah, bawain dong" ujar Givana tanpa beban.
Alvaz menghela nafas dan mengambil alih belanjaan Givana.
Bruk!
"Duh" aduh Givana kala tubuhnya tertabrak.
Jika saja orang yang menabraknya tak menahan, sudah di pastikan Givana akan terjungkal.
"Eh, sorry-sorry, gue gak sengaja"
Givana menatap seseorang itu. Alisnya terangkat "Kavan?" Tanyanya memastikan.
Kavan tersenyum "Ya, gue Kavan"
"Maaf banget, gue beneran gak sengaja karena gak fokus" ujar Kavan.
"Gak papa" jawab Givana tanpa menampilkan senyuman.
"Abang lo?" Tanya Kavan melirik Alvaz yang menatapnya lekat.
"Iya" jawab Givana.
Kavan mengulurkan tangannya pada Alvaz "Kavan"
Alvaz menjabat tangan Alvaz dengan sedikit tekanan "Alvaz"
Keduanya melepaskan tangan dan tersenyum penuh arti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ephemeral Maiden
Teen Fiction"Tarik pelatuknya, Haga. Gue mau mati sekarang." ~ Tak pernah Alena bayangkan, akhir hidupnya justru datang dari tangan kakaknya sendiri. Namun alih-alih mati, ia justru terbangun di dunia asing-terjebak dalam tubuh seorang figuran dari novel yang b...