Aku gak sengaja ke pencet publish padahal belum selesai nulisnya. Yaudah aku hapus lagi, bukan karena hape kalian eror, ya (╥﹏╥)
•
Awal mulanya, si sulung menurunkan segala ego serta mencoba berani untuk meminta maaf pada Raka-adiknya. Namun respon dari anak itu di luar dugaan setinggi angkasa, yang mana dia malah menangis saat itu juga.
Athan termangu di tempat, tatapannya terkunci ke depan seolah sedang menatap benda yang paling langka di dunia.
Saat air mata itu mengalir tetes demi tetes, tangannya seolah-olah ingin bergerak untuk menyeka. Namun, ia bisa apa? Hatinya bimbang. Sulit dimengerti. Athan hanya menatap tanpa bertindak.
Dua detik..
Tiga detik..
Ke-empat detik, Ivan mendekat.
Detik ke-limanya sebuah geplakan keras di kepala Athan rasakan, tatkala Raka diangkat Ivan, dan dengan bersamaan anak itu mendaratkan tangan kecilnya pada kepala Athan.
Dalam hati, Raka berkata, "Rasain." Berbeda dengan wajahnya yang masih dialiri air mata buaya.
Athan yang masih di sana tak bereaksi. Ia hanya diam layaknya patung mati.
Namun, ketika Raka mulai tidak ada lagi di hadapannya, Athan langsung berdiri seakan mencoba untuk menghentikan Ivan yang membawanya pergi. Tapi, tidak jadi. Ia urung melakukannya.
Mungkin ini bukan waktu yang pas.
-Iya, benar. Jika dia memaksa meminta maaf, Athan jamin anak itu akan bertambah menangis melihat wajahnya.
Ivan berdecih untuk Athan. "Cih," decihnya sambil menggendong dan mengelus punggung sang adik yang masih menangis kecil.
Ivan pergi. Begitupun semua yang di sana memilih untuk berlalu dari tempat berpijak sebelumya.
Srott!
Raka menarik sebagian ingusnya. Ia sulap baju Ivan jadi lap untuk mengelap si ingus yang masih tertinggal.
Jauhi-satu kata itu akan Raka jadikan perintah untuk dirinya sendiri agar menjauhi kakak sulungnya.
Sekarang, dia belum memaafkannya.
Besok, masih belum juga.
Tidak tahu untuk kedepannya.
Namun, jika ia hanya mengucapkan kata maaf tanpa berusaha. Raka tak akan pernah rela menjawab dengan iya.
Balik ke Athan. Ia hanya berdiri sambil terus menatap pelaku cilik yang tadi sudah membuat ia hampir hilang kesadaran sepenuhnya.
Puk.
Athan menoleh kaku pada Ayahnya yang sedetik lalu menepuk bahu miliknya. Ekspresi pria itu datar, setelahnya dia pergi begitu saja.
Athan merutuk dirinya di tempat.
•••
Alih-alih Raka yang sakit gigi karena mengkonsumsi permen setiap hari, malah Ivan yang kini tengah demam tinggi. Bukan apa, kakaknya itu pasti sangat kelelahan karena telah mencarinya ke sana ke sini.
Raka jadi kasihan. Ututu sayang Ivan.
"Ipan.. aku mau sekolah." Si bayi menginjak umur empat belas tahun itu naik ke ranjang, dan berbisik pada sang kakak yang terbaring sambil memejamkan mata di sana.
Tak lama, Gisel masuk kamar Ivan sambil membawa air dingin di wadah dan handuk untuk mengompres sang putra ke-dua. Diikuti Evan dari belakang yang sudah berpakaian sekolah lengkap sama seperti Raka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Alandra (The End)
Teen Fiction"Dengan cara apa lagi agar aku bisa mendapatkan kasih sayang?" Namun... "Ya Tuhan! Terima kasih sudah mengulang masa laluku, sekarang aku tidak akan bersikap seperti dulu lagi. Aku tidak mau mati muda!