── .✦ Lima belas

13.7K 782 242
                                        

Matahari pagi menyelinap malu-malu lewat celah tirai kamar. Burung-burung berkicau pelan, mengiringi suara jam dinding yang berdetak tenang.

Lyora mengerutkan keningnya saat merasakan sesuatu yang berat tengah menindih pinggangnya, segera saja membuka mata dan melihat dibalik selimut yang ia kenakan.

Sebuah lengan kekar tengah melingkar erat di pinggangnya, suara napas berat Draeven terdengar tenang dan teratur di dekat telinganya, seakan tak menyadari posisi tubuh mereka yang begitu intim.

Mata Lyora melotot panik. "Sialan, monster ini minta disunat sampai habis," bisiknya geram, mencoba menggeser tubuhnya sedikit. Tapi lengan pria itu justru menariknya lebih dekat, membuat wajahnya hampir menempel di dada bidang Draeven yang terbuka sebagian.

"Sejujurnya menjadi kucing membuatku jengkel, aku benci sesuatu yang imut, sayang." gumam Draeven malas, matanya masih terpejam, tapi senyum nakal tersungging di sudut bibirnya.

"Jangan bergerak, ini nyaman."

"Lepas," bisik Lyora dengan nada mengancam, meski pipinya tiba-tiba memanas tanpa sadar.

"Hmm, nanti," sahut Draeven sambil memeluknya lebih erat, seperti memeluk bantal kesayangannya. "Kalau berisik terus kakakmu akan terbangun, sayang."

Kakak?!

Lyora sontak menoleh keatas ranjang tempat tidur, Jehan masih bergelung nyaman dengan selimutnya, suara ngorok menyadarkan kalau kamar ini bukan miliknya.

Sialan monster ini!!

"Menghilang lo, brengsek." bisik Lyora dengan nada kesal, tangannya menyikut perut draeven.

"Aku hanya ingin melihat usahamu yang mencoba menghindar, bagaimana kalau disituasi seperti ini?" ujar Draeven dengan nada remeh.

Dengan jahil, jarinya mengetuk-ngetuk pinggiran ranjang Jehan yang terbuat dari kayu menimbulkan suara yang membuat Jehan sedikit terusik.

"Ly... berisik... lo mau ngajak ribut gue pagi-pagi?" gumam Jehan setengah mengigau.

Lyora melihat hal itu membulatkan matanya syok berat, buru-buru tangan Draeven ia cegah sambil mendelik sinis.

"Stop! Lo sengaja nakut-nakutin gue, yang padahal lo itu nggak kelihatan di abang gue, gitu maksud lo?"

"Apa seperti ini yang dimaksud tak kasat mata?"

Draeven menarik tangannya yang masih digenggam Lyora, dengan gerakan cepat tangannya menjitak kening Jehan.

Tak!

Sang empu mengaduh kesakitan. "Adek kurang ajar! jangan ganggu gue, Ly!" ujar Jehan dengan matanya yang masih tertutup rapat.

Guling yang berada disampingnya segera dilayangkan pada Lyora yang tidur dibawah beralaskan kasur empuk yang cukup menampung dua orang. Tapi untungnya, Draeven mencegah guling tersebut sebelum menggenai Lyora yang melongo.

Draeven terkekeh kecil melihat Lyora yang menatapnya panik. "Wajah panikmu sangat aku sukai."

"Jangan lakukan itu."

"Kalau begitu peluk aku."

Lyora menggertakkan giginya, mencoba menahan diri agar tidak menjerit atau membalikkan tubuh monster mesum yang kelakuannya diluar akal sehat. Jika seperti ini terus, bisa-bisa ia mati muda.

"Gue rasa ini lebih nyaman untuk dipeluk, tubuh gue kurus dan bau. Lo lihat baju yang gue pake, lo lihat rambut gue yang gimbal, lihat menggunakan mata kepala lo kalau penampilan gue ini bener-bener nggak menarik. Lo udah lihat? Maka cari perempuan lain aja diluaran sana."

That Naughty Monster is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang