5600an kata lho sekarang!
Happy reading yaakk!!
..
.
Enjoy!
Hari itu juga, Aby, Zeze, Gavin terbang menuju Bandara Juanda Surabaya. Suasana pemakaman begitu ramai oleh para peziarah. Bukan hanya dari penduduk sekitar, keluarga besar dari lima istrinya pun datang tanpa terkecuali. Bahkan cuaca sore yang begitu terik dan gerah itu tidak menghalangi rasa penasaran mereka terhadap kematian Bambang yang misterius.
Ayah mereka ditemukan meninggal tak wajar tadi malam dengan luka sobek di sepanjang dada hingga mengeluarkan beberapa tulang rusuknya. Meskipun berita yang beredar dikarenakan kecelakaan kerja, tapi semua keluarga tahu apa penyebab sebenarnya. Bahkan kabar pesugihan ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum di kampung mereka. Hanya saja, mereka semua bungkam karena takut.
Orang pertama yang Zeze, Gavin dan Aby temui ketika sampai di pemakaman adalah Mama Tati. Mama Tati seketika menangis tersedu melihat Zeze yang memeluknya begitu erat.
“Uripmu slamet, Nduk. Blai slamet!” [Hidupmu selamat, Nduk. Masih dikasih selamat]. Mama Tati memukul-mukul pundak Zeze khas orang tua yang merepresentatifkan keadaan dimana putrinya nyaris menjadi korban.
Ya, nyaris.
Satu kata yang menggambarkan bagaimana peliknya hidup Zeze ketika berada di ambang kematiannya.
Zeze menatap sendu wajah Mama Tati, wanita yang ikut berjuang bersamanya dalam perang doa. Dan selalu memastikan keadaan Zeze masih baik-baik saja.
“Makasih ya, Ma," ucap Zeze lirih. Zeze tahu. Ada kilat kepedihan di mata Mama Tati ketika beliau tak mampu berjuang seperti ini untuk putrinya. “Maafin Zeze.” Ia merasa bersalah akan hal itu.
“Iki dudu salahmu! Wis! Sing uwis yo uwis!” [Ini bukan salahmu! Sudah! Yang sudah terjadi biarlah terjadi!]
Zeze menunduk pilu.
"Setelah ini, Zeze harus janji. Hidup dengan baik. Wakili mbak-mbakmu," ucap Mama Tati bergetar.
Mewakili semua kakak perempuannya yang sudah menjadi korban untuk hidup dengan baik. Ya, Zeze berjanji!
Setelah wanita itu menepuk pelan pipi Zeze, beliau beralih pada Gavin yang berdiri di samping istrinya. Mama Tati menggenggam tangan Gavin dengan air mata yang berlinang tulus. “Matur nuwun yo, Le. Makasih sudah menyelamatkan Zeze." [Terima kasih ya, Nak.] Genggaman itu menguat di akhir kalimat.
Gavin tersenyum tipis. “Zeze sudah menjadi tanggungjawab saya, Tante. Sudah selayaknya saya melakukan sesuatu yang seharusnya.”
Mama Tati mengangguk penuh haru. Lalu ia menoleh pada Aby yang langsung dipeluknya. “Oalah, Le…! Anak lanangku!" Mama Tati menepuk punggung Aby berkali-kali dan menekankan satu kalimat menenangkan. “Semuanya sudah berakhir.”
Dan detik itu pula Aby meneteskan air matanya di pundak Mama Tati. Seolah melepaskan semua beban di pelukan mamanya. Dan Mama Tati terus mengusap punggung Aby dengan bangga.
Mbak Andira yang kala itu melihat mereka, ikut menangis terharu. Wanita yang datang bersama suaminya itu langsung memeluk Zeze.
“Dek, Mbak bersyukur kamu bisa selamat! Mbak seneng banget! Mas Janu juga nggak putus doain kalian," ucap Andira saat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE NIGHT BETWEEN US
HorrorBagaimana seandainya tahun ini adalah giliranmu menjadi tumbal pesugihan ayah kandungmu sendiri? "Sudah tiba waktunya sang iblis menagih darah perawan keturunan bapakmu. Satu-satunya cara agar adikmu bisa selamat, nikahkan dia." -Hartati Mayangkusum...