08 - Maaf

69.6K 3.1K 40
                                        


Givana membasuh wajahnya dengan air, lalu menatap pantulan dirinya di cermin.

Wajah itu, bukan wajahnya. Alena tak terlalu menyukai wajah Givana. Terlalu polos, terlalu bersih, terlalu… bukan dirinya.

Ceklek.

Givana melirik ke arah pintu melalui cermin. Seseorang baru saja masuk. Atau lebih tepatnya—dua orang. Dua siswi langsung menghampirinya.

Givana membalikkan tubuh, memastikan. Benar. Mereka memang mendekatinya.

Pandangan Givana melirik cepat ke arah name tag di dada keduanya. Karina Estalis dan Salsabila.

Siswi bernama Karina melangkah lebih dekat. “Lo Givana?”

“Gue pikir mata lo gak rabun,” balas Givana sambil tersenyum manis.

“Sialan!” maki Karina cepat.

Karina memberi isyarat pada Salsabila. Givana paham betul, gestur seperti itu tidak pernah membawa niat baik.

“Caca!” seru Givana saat Salsabila mulai mendekat.

Salsa mengangkat alis. “Darimana lo tau nama panggilan gue?” tanyanya curiga.

“Tau lah. Selain nama lo pasaran, kita kan bespren,” jawab Givana dengan nada bercanda.

Karina mendengus. “Gak usah bacot! Buru Ca!”

“Eh, Karina… lo kok bisa ada di sini?” tanya Givana tiba-tiba.

“Ya emang?” Karina menjawab ketus.

“Lo kan hero emel,” ucap Givana ringan.

Seketika Karina mengumpat kesal.

“Cepet, Ca!” bentaknya.

Salsa langsung mencekal kedua tangan Givana dan menariknya ke belakang.

“Ca, gue terhura,” ujar Givana dengan nada sok haru. “Lo mau berjuang bareng kan? Emang lo paling the best!”

Salsa mendelik. “Gak jelas lo!”

“Lo tau kesalahan lo apa?” tanya Karina. Givana menggeleng.

“Lo udah permaluin sahabat gue, sialan!”

Givana mengerjap. Ah, iya. Flora. Mereka ini sahabat si protagonis utama.

Karina menarik sebuah ember dari sudut ruangan. Givana mengumpat dalam hati. Sepertinya dia akan basah.

Byur!

Air langsung mengguyur kepalanya. Givana memejamkan mata.

“Anjing ya lo!!” jeritnya dalam hati.

Tawa Salsa dan Karina meledak bersamaan.

Karina menghentikan tawanya saat melihat Givana hanya diam.

“Kena serangan lo?” tanya Karina.

Tiba-tiba Givana tersenyum. Senyum mengerikan.

“Lo bestie gue kan?” bisiknya.

“Gue? Bestie lo? Gak banget!”

Givana semakin mengembangkan senyumnya. “Gue tau,” gumamnya.

Tiba-tiba ia tertawa keras. Membuat Karina dan Salsa refleks bergidik.

“AHAHAHA!”

Tanpa aba-aba, mereka langsung berlari keluar, dikejar oleh Givana.

“CACA!! AKU PADAMU!!” teriak Givana, mengundang tatapan heran dari para siswa di koridor.

Transmigrasi Ephemeral MaidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang