Setelah masuk kamar apartemen dengan keadaan yang bisa dibilang kacau, pemuda itu naik ke atas kasur dan bersender di headboard. Ia memijat pelipisnya dengan sebelah tangan sembari memejamkan mata.
Hari ini, sudah setengah hari Ivan mencari adiknya. Namun tetap tidak ketemu. Ia lelah, bahkan semalam saat Raka hilang, Ivan tidak pulang dan tak tidur karena mencari Raka.
Dia sudah mengabari ayah dan bundanya kalau dirinya akan menginap di apartemen pribadi untuk beberapa hari. Ivan juga meminta bantuan pada Bastian untuk mencari siapa keluarga yang sudah membawa Raka—adiknya.
Ivan bergerak, ia mengambil kamera mininya di atas nakas yang mungkin terbawa dari rumah.
Dia membuka poto-poto di kamera itu, hanya ada poto Raka di sana. Dan terakhir kali dia mempoto adiknya saat mereka berdua berada di Amusemen Park waktu itu. Raka yang tengah berdiri sambil memegang permen kapas.
Matanya yang memerah memandangi gambar Raka. Tidak bosan-bosan sedikitpun.
Setelah itu, Ivan menggeram frustasi. Dia bisa gila kalau terus begini.
Sudah dibilang bukan, kalau Raka sudah menjadi bagian dunianya. Dan sekarang anak itu pergi menghilang entah kemana.
Ini semua karena dia—kakak sulungnya itu. Ah, bahkan Ivan seolah tidak sudi memanggilnya kakak.
Ivan meringkuk di kasur sambil memeluk kamera. Malang sekali penampilannya; rambut lepek berantakan, bagian bawah mata yang menghitam, bibir kering pecah-pecah, dan wajah penuh lebam akibat bertengkar dengan Athan waktu itu.
Baru sehari dia kehilangan Raka, tapi Ivan hampir kehilangan kewarasannya.
Tolong, pertemukan dia dengan adiknya.
•••
"Hic, mau Ipan.." Raka berkata dengan diiringi cegukan yang ia alami saat ini.
Mungkin karena belum sempat minum saat makan dengan Kairo tadi, lalu dengan kurang ajarnya Ichak memeluknya erat dan menarik tangannya ke sana kemari dengan gaya berputar seperti baling-baling helikopter.
Kairo mendekat, dia menarik kuat kerah baju adik satu-satunya itu hingga sang empu terhempas, terjungkal, terjatuh, terguling, tak sadar-sadar. g.
Ichak terjatuh ke lantai dengan tidak elitnya. Padahal dia baru saja bersenang-senang bersama Raka, eh Kakaknya itu langsung jadi pengganggu.
"Apa sih, Kak?! Ganggu aja!" dumelnya dengan wajah mengerut kesal.
Kairo mendengus. "Kamu gak lihat anak orang yang udah tersiksa itu?"
Ichak menoleh pada Raka, benar juga. Wajah anak itu memerah dan mulutnya yang mengeluarkan suara cegukan.
"Oh ya, kok kamu bisa kenal Raka?" tanya Kairo pada adiknya.
"Kita sekelas," jawab Ichak santai.
Sedangkan Raka terdiam, masih syok dengan apa yang terjadi. Dia tidak menyangka saat tahu kalau Kairo dan Ichak itu bersaudara.
Pantas sama-sama kanibal.
Pantas nama sama-sama aneh.
Oh, Raka rasanya ingin pergi saja dari sini. Dia tidak mau dikelilingi kanibal!
Masih ada permen, Raka tidak mau mati dulu.Ichak bangkit dari jatuh dramatisnya. Dia mendekati dan menatap Raka, lalu menoleh pada Kairo. "Woy, Kairo. Kok bisa Raka di sini?" tanyanya menatap Raka dan Kairo bergantian seperti orang bodoh.
Kairo sedikit mendelik mendengar ucapan tak ada adab dari adiknya itu. "Kepo," jawab Kairo sesingkat umur semut.
"Raka sini!" Raka yang dipanggil mendekat lalu bersembunyi di belakang punggung Kairo. Dia sedikit menyembulkan kepalanya dan menatap Ichak dari atas sampe bawah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Alandra (The End)
Teen Fiction"Dengan cara apa lagi agar aku bisa mendapatkan kasih sayang?" Namun... "Ya Tuhan! Terima kasih sudah mengulang masa laluku, sekarang aku tidak akan bersikap seperti dulu lagi. Aku tidak mau mati muda!