"Lo ngapain sih, Dek, dari tadi nempel mulu ke gue?" gerutu Jehan, menatap sinis ke arah Lyora yang terus menarik ujung bajunya seperti anak balita minta dituntun.
"Bantu Bunda siap-siap buat besok sana!"
"Iya, tapi bareng abang," sahut Lyora cepat.
Jehan memutar bola mata, jengah. "Lo nggak lihat gue lagi apa?" tanyanya, menunjukkan tangan yang penuh busa dari spons cuci motor.
"Cuci motor," jawab Lyora polos.
Jehan menggeram. "Ih, ngadepin lo bikin kepala sakit. Jarak dari halaman depan ke dapur nggak sejauh itu, tapi lo dari tadi ngeles mulu. 'Minta ditemenin, minta ditemenin.' Lo kenapa sih?! Setan juga ogah lihat tampang lo sekarang."
"Bagus dong. Biar mahkota gue aman."
"Ngomong sama tembok sana, deh. Topik lo dari tadi nggak jauh-jauh dari 'perawan-perawan', Kesel gue."
Lyora cemberut. Tak ada yang percaya padanya. Kalau ia masuk kamar sendirian, Draeven pasti akan muncul. Apalagi Lisya sudah lebih dulu tidur di kamar Bunda, ditemani Draeven yang berubah jadi kucing. Bisa-bisa ia jadi target utama makhluk mesum itu selanjutnya.
Tapi… kenapa dia belum muncul juga?
Jehan kembali fokus ke motor bebek tua peninggalan almarhum ayah mereka, yang sudah dibetulkan. Ia tak terlalu peduli dengan tampilan adiknya yang sudah seperti orang tipes—rambut sengaja awut-awutan, mata sayu, dan dua lapis baju kebesaran yang sudah belel. Jehan menggeleng pelan, antara iba dan kesel.
"Lo tuh ya… dari semua orang di rumah ini, kenapa harus gue yang lo gangguin tiap waktu?" keluh Jehan, sambil menyeka spion yang berbusa.
Lyora meringis kecil. "Abang cowok satu-satunya di rumah yang bikin gue ngerasa aman."
Ia masih berdiri di tempat, menatap Jehan dengan pandangan memelas.
Jehan menghela napas panjang, mencoba meredam emosi. "Udahlah. Ini bentar lagi kelar. Habis itu gue temenin ke dapur. Tapi abis itu jangan nempel lagi ya. Gue bukan permen karet lo."
"Malam ini gue tidur di kamar abang," jawab Lyora cepat.
Jehan langsung mendelik. "Sialan. Lo kenapa jadi penakut gini, sih?!"
"Bukan takut. Gue cuma nyelametin mahkota gue. Di deket abang pasti aman."
"AMAN NDASMU!" seru Jehan, darahnya sudah naik ke ubun-ubun. "Lo lihat nggak gue ini cowok?! Lo pikir gue cowok jadi-jadian?!"
"Ada apa sih ribut-ribut? Malu kedengeran tetangga!" Salsabila tiba-tiba muncul dengan tangan bertolak pinggang. "Bunda lagi motong sayur juga keganggu. Kalau kalian terus-terusan begini, bunda pensiun aja deh jadi ibu kalian."
Lyora manyun. "Bang Jehan nggak mau tidur bareng."
"Mikir dong, oncom. Lo cewek, gue cowok. Mau abang lo berubah bejat? Apalagi lo biasanya tidur cuma pake tanktop sama celana pendek?!" Jehan mendelik. "Lo udah gede, tidur sendiri!"
Salsabila mendekat, suaranya jadi lembut. "Kamu kenapa sih, Ly? Coba cerita sama bunda. Sikap kamu akhir-akhir ini aneh banget, sejak pulang dari Shadowbrook Camp."
Ia mengusap lembut bahu Lyora, yang hanya terdiam, wajahnya tampak berpikir keras.
"Lyo!"
Seruan lantang itu memecah percakapan di antara mereka. Serempak, ketiganya menoleh bersamaan saat mendengar suara mesin mobil yang baru saja dimatikan. Seorang wanita paruh baya turun dengan dress hitam modis sepanjang lutut, melangkah angkuh dengan sorot mata menyala penuh emosi yang tak ditutupi.

KAMU SEDANG MEMBACA
That Naughty Monster is My Boyfriend
Fanfiction"Tubuhmu sempurna... padat, berisi, ramping, dan begitu menggoda. Bahkan aromamu membuatku ketagihan. Aku ingin menikmati setiap inci darimu, sayang." _________ Shadowbrook Camp - nama yang sudah dikenal luas. Destinasi favorit bagi para siswa yang...