Ivan menggelengkan kepala, mendengar celetukan nyeleneh dari mulut adiknya itu. Bagaimana bisa seekor tikus mencuri ponsel? Lagi pula mansion Alandra mana ada tikus, mungkin cuma di kamar Ivan. Kamarnya jorok.
Tapi, Ivan sudah rajin bersihan kamar kok sekarang. Sejak Raka masuk kamarnya, ia mendadak jadi rajin.
"Simpen dulu hapenya." Ivan mengambil ponsel Raka dari genggamannya. Adiknya tidak boleh terlalu sering bermain dengan benda pipih itu. "Mending ikut Abang."
Raka yang awalnya sedikit murung, langsung mendongak menatap sang Kakak. "Mau cari basket kapas, ya?"
Bahu Ivan lekas merosot. Kini, wajahnya yang murung dan lelah. Anak itu ... belum lupa juga ternyata.
"Iya-iya. Ayo kita cari."
Raka kesenangan. Matanya berbinar-binar bak anak kecil yang diberi permen. Ia berjalan keluar kamar lebih dulu, meninggalkan Ivan sendirian.
"Ipan ayo, nanti kamu dimakan siluman."
•••
Cekrek.
Ivan memotret Raka yang berdiri menghadap dirinya. Tidak ada gaya, tidak ada senyuman yang tampak, hanya ada wajah cemberut, dan permen kapas warna pink di tangan kanannya.
"Cute," batin Ivan melihat-lihat kamera mini yang menampilkan gambar Raka.
Sementara Raka sudah sebal tak tertolong. Ia maunya basket kapas, malah dibeliin permen kapas! Kakaknya itu mengerti tidak, sih?
"Ipan.. gak mau ini!" Raka menyodorkan kasar permen kapas pada Ivan dengan wajah merajuk, kemudian anak itu berjalan menjauh dan duduk di kursi taman. Tak jauh dari belakangnya terdapat wahana komidi putar.
Mereka saat ini berada di Amusemen Park. Itu idenya Ivan, katanya iseng saja mau ke sini, serta membelikan Raka permen kapas. Tentu saja.
Ivan tertawa pelan. Ia menerimanya, dan berjalan menyusul Raka.
"Kenapa gak mau?" tanya Ivan duduk di samping adiknya.
Raka melirik Ivan sekilas, tanpa menjawab ia memalingkan wajah lurus ke depan. Dilihat-lihat banyak juga orang yang berlalu lalang dengan memakan permen kapas. Apakah itu enak? Raka belum mencobanya.
"Yaudah, kalo gak mau." Ivan terlihat acuh, menyobek sedikit permen kapasnya dan memasukkannya ke dalam mulut. "Beh, enak banget. Kaya ada manis-manisnya."
Setelah mengatakan itu, ia sedikit menyenggol bahu Raka hingga anak tersebut hampir terjungkal ke depan. Beruntung Ivan segera menarik kerah baju belakangnya. Tanpa dosa, Ivan justru tertawa.
"Ipan-hmp!"
Belum sempat Raka menyelesaikan gerutuannya, Ivan lebih dulu menyumpal mulutnya dengan permen kapas. Setelah itu Ivan mendekatkan wajahnya pada sang adik. "Bola basket kapas itu gak ada, adanya cuma ini. Makan," katanya disertai ketegasan.
Saat masuk mulut, rasa manis dan lembut meleleh di mulutnya. Raka mengerjap beberapa kali. Ia menelan makanan itu sambil menatap Ivan yang menampilkan wajah datar tepat di hadapannya.
Baru kali ini Ivan menampakkan ekspresi tak enak seperti itu.
Raka jadi merinding.
Tapi ngomong-ngomong, permen kapas enak juga.
Raka langsung merebutnya dari tangan Ivan, berdiri dari tempat duduk dan berjalan menjauh dengan santai.
"Makasih."
Sang Kakak terkekeh geli.
•••
"Dari mana saja kalian?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Raka Alandra (The End)
Teen Fiction"Dengan cara apa lagi agar aku bisa mendapatkan kasih sayang?" Namun... "Ya Tuhan! Terima kasih sudah mengulang masa laluku, sekarang aku tidak akan bersikap seperti dulu lagi. Aku tidak mau mati muda!