Saat Mark kembali masuk ke dalam minimarket beberapa menit kemudian, perasaan tidak enak langsung menghantamnya dengan kuat.
Ruangan itu masih sama seperti sebelumnya— terang oleh lampu neon, sepi tanpa banyak pelanggan. Namun, ada satu hal yang membuat seluruh dunianya terasa goyah.
Meja yang tadi ditempati Haechan kosong.
Gelas ramen di depannya masih ada, uapnya masih mengepul, seolah membuktikan bahwa Haechan baru saja di sana beberapa saat lalu. Tapi orangnya? Tidak ada.
Hatinya mencelos.
Tanpa berpikir dua kali, Mark berjalan cepat ke arah kasir, tubuhnya tegang, langkahnya berat. Detak jantungnya semakin liar saat tatapannya tertuju pada pegawai minimarket itu—seorang omega dengan tubuh kecil dan ekspresi cemas di wajahnya.
Mark langsung bertanya, suaranya dalam dan penuh ketegangan. "Di mana orang yang bersamaku tadi?"
Pegawai itu tersentak, matanya melebar ketakutan saat menatap Mark. Ia tampak ragu, tapi ketika melihat sorot mata Mark yang berbahaya, ia buru-buru membuka mulut.
"A-aku... aku tidak bisa berbuat apa-apa..." suaranya gemetar. "Ada beberapa alpha yang membawanya pergi... Aku hanya omega, aku takut..."
Mark berhenti mendengarkan.
Dalam sekejap, feromon panas merambat naik ke tubuhnya, darahnya mendidih, dan pikirannya dipenuhi hanya dengan satu hal— Haechan.
Tanpa membuang waktu, Mark langsung berbalik dan melangkah keluar dari toko.
Langkahnya lebar dan tergesa-gesa, hampir seperti ingin berlari. Napasnya memburu, tubuhnya menegang dengan ketegangan yang semakin sulit dikendalikan.
Sial.
Tangannya mengepal erat, kukunya hampir mencengkeram telapak tangannya sendiri. Matanya liar, mencari-cari di sekitar, berharap menemukan sosok Haechan di antara bayangan-bayangan malam.
Jika sesuatu terjadi pada Haechan— jika ada satu goresan pun di tubuhnya.... Mark tidak akan pernah memaafkan siapa pun yang bertanggung jawab.
Ia akan menemukan Haechan.
Dan setelah itu...
Darah akan mengalir malam ini.
♫•*¨*•.¸¸♪
Lorong itu gelap, sempit, dan bau busuk.
Mark berdiri di ujungnya, tubuhnya membeku ketika matanya menangkap sosok kecil yang tersandar di dinding kotor.
Haechan.
Tubuhnya tergeletak lemah di tanah, kepala tertunduk dengan darah mengalir dari pelipisnya, membasahi pipi tirusnya. Pakaian bagian atasnya kusut, beberapa kancing terbuka, memperlihatkan kulitnya yang pucat di bawah cahaya neon redup. Tangan mungilnya terkulai di samping tubuh, tidak bergerak.
Namun, yang membuat amarah Mark naik ke puncaknya bukan hanya kondisi Haechan.
Melainkan lima alpha brengsek yang mengelilinginya dengan tatapan penuh niat keji.
Salah satu dari mereka sudah menarik kerah Haechan ke bawah, jari-jarinya hampir menyentuh kulitnya. Yang lain menertawakan pemandangan itu, jelas menikmati situasi ini.
Darah Mark mendidih.
Langkahnya pelan saat ia mendekat, ekspresinya kosong, dingin, dan mematikan.
Salah satu alpha menyadarinya, menyeringai. "Sial, kita baru saja akan masuk ke bahagia terbaik. Kenapa harus datang sekarang, Beta?"
YOU ARE READING
HYPER DOMINANT CODE
RomanceDulu, Mark dan Haechan berteman tanpa peduli siapa mereka. Saat kecil, mereka hanya tahu bahwa mereka rukun-Mark si beta biasa dan Haechan si omega resesif. Mereka tertawa bersama, berlarian di bawah matahari, dan menganggap dunia sederhana saja. Na...
PART 19 : Rampage
Start from the beginning
