Typo bertebaran
•
•
•
Happy reading...Jiandra menghela napas panjang. Siang ini terasa begitu panas. Ia berbaring di sofa, memainkan ponselnya, tetapi rasa bosan semakin menghantam. Mana Langit lagi sibuk di dapur karena diseret Mama dan Bundanya untuk mencicipi kue lagi.
"Bosen!" keluhnya, menggulingkan tubuh ke sisi lain sofa.
Tiba-tiba, Kevan sudah berdiri di sebelahnya. "Dek, main aja yok!" ajaknya dengan semangat.
Jiandra menoleh, menatap sang kakak dengan malas. "Main apa?"
Kevan mengangkat bahu. "Terserah. Atau kita berenang aja di kolam?"
"Males, Kak," tolak Jiandra langsung.
"Ayolah, daripada kamu diem aja di sini," bujuk Kevan.
Jiandra menghela napas pelan, lalu akhirnya mengangguk. "Yaudah deh," katanya sambil beranjak dari sofa. Mereka pun masuk ke kamar untuk mengganti pakaian renang.
Setelah selesai, mereka baru saja membuka pintu kamar ketika tiba-tiba Kinan sudah berdiri di depan mereka dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Kalian mau ngapain?" tanyanya dengan alis sedikit terangkat.
Jiandra dan Kevan saling bertukar pandang. "Berenang," jawab Kevan santai.
Kinan menyipitkan mata, menatap mereka satu per satu seakan sedang menilai sesuatu. Kevan yang paham dengan pikiran bundanya langsung menghela napas panjang.
"Bundaku yang cantik dan imut, please, stop curiga sama aku dan Adek. Kita masih normal ya, Bund," katanya, terdengar sedikit frustasi.
"Siapa yang bilang kalian nggak normal?" Kinan mengelak, meski nada suaranya terdengar penuh arti.
Kevan mengusap wajahnya. "Kevan tahu kok, bunda masih salah paham soal kejadian kemaren, kan? Ayolah, Bund, aku sama Adek beneran nggak ngapa-ngapain," ujarnya dengan nada setengah putus asa.
Kinan akhirnya terkekeh. "Iya, iya, bunda percaya. Udah sana kalau mau berenang, bunda mau lanjut bikin kue," ujarnya akhirnya.
Jiandra tersenyum lebar. "Oke, dadah, Bunda!" katanya sebelum mencium pipi Kinan.
Kinan tersenyum lembut dan membalas ciuman Jiandra. "Dah, sayang, hati-hati berenangnya."
Kevan yang menyaksikan interaksi itu langsung memasang ekspresi jengah. Dengan kesal, ia menarik tangan Jiandra. "Lebay,Kita berenang di halaman belakang juga, bukannya ke laut," omelnya.
Jiandra tertawa kecil. "Kakak ini sensian banget. Bener nggak, Bund?" tanyanya menggoda.
"Bener tuh!" timpal Kinan, makin membuat Kevan muak.
__________________________
Sore itu, langit masih setia duduk di dapur bersama ibu-ibu dan neneknya, sampai tiba-tiba suara bel rumah berbunyi.
"Siapa yang datang?" gumam Yuna, hendak beranjak, tapi Langit lebih dulu menahannya.
"Biar Langit aja, Ma," ucapnya, dan Yuna hanya mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Haunted dormitory [END]
Horror"jangan pernah tinggalkan dia sendirian,jika kau tidak ingin dia celaka" "Bapak taukan asal usul asrama ini?" "WOY LIHAT ADA YANG KESURUPAN!!" "Kalian tau nggak,gue denger-denger ternyata asrama ini dulunya bekas tanah kuburan" bercerita tentang keh...